BeritaNasional

KRI Dewaruci Tiba, Pemko Dumai Jamu Laskar Rempah MBJR

Avatar photo
129
×

KRI Dewaruci Tiba, Pemko Dumai Jamu Laskar Rempah MBJR

Sebarkan artikel ini

DUMAI, [Gaperta.id] – Pemko Dumai menjamu Laskar Rempah “Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024”, Minggu (16/6/2024) malam di Pendopo Sri Bunga Tanjung.

Tuan rumah Walikota H Paisal, SKM., MARS., diwakili Sekda Indra, S.IP., M.Si., Forkopimda, OPD dan instansi terkait, hadir dan duduk melingkar di meja jamuan, bersama Direktur Perlindungan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Judi Wahjudin, Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Rhony Lutviadhani, S.T., M.Tr.Opsla., CTMP., dan 134 Laskar Rempah MBJR.

Direktur Judi Wahjudin dalam sambutannya ucapkan ribuan terimakasih atas sambutan hangat dan keramahan Pemko Dumai yang telah menjamu Laskar Rempah MBJR.

“Sebelumnya, kami telah menempuh perjalanan selama 4 hari 588 mil laut dari Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Perjalanan yang melelahkan itu terbayar dengan sambutan hangat Pemko Dumai dan Forkopimda nya. Apalagi kami diundang makan malam saat ini. Terimakasih kepada Walikota Paisal,” ucap Judi Wahjudin dari mimbar depan, dibalas tepuk tangan sekalian nya yang hadir.

Di pertemuan langka itu, panitia Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Dumai berkesempatan menyajikan profil Kota Dumai kepada Laskar Rempah MBJR, lewat tayangan videotron.

PROFIL DUMAI

Kota Dumai berjuluk “Kota Idaman” adalah salah satu dari 12 Kabupaten/Kota di provinsi Riau, sekitar 131.48 km (81,70 mi) dari Kota Pekanbaru via tol. Kota Dumai adalah kota dengan wilayah administrasi terluas kedua di Indonesia, berdasarkan statusnya sebagai kotamadya, setelah Kota Palangka Raya. Kota ini berawal dari sebuah dusun kecil di pesisir timur Provinsi Riau. Tahun 1959 menjadi salah satu kecamatan dari Kabupaten Bengkalis. Diresmikan sebagai Kota Madya Dumai pada 20 April 1999, lewat UU No.16 tahun 1999, tanggal 20 April 1999. Mempunyai luas 1,727,38 Km², terbagi dalam 7 Kecamatan dan 33 Kelurahan. Panjang garis pantai ±120 Km, mulai dari Kec. Medang Kampai (sisi Timur) hingga Kec. Sungai Sembilan (sisi Barat). Suku Melayu merupakan etnik asli Kota Dumai. Seiring waktu, saat ini total 18 etnis turut mendiami kota yang dikenal cukup akur dan toleran itu.

Jangan Lewatkan :  Hari Mangrove se-Dunia, Apical Dumai Konsisten Jaga Lingkungan

Dumai cukup strategis, karena merupakan kota pelabuhan yang cukup dekat dengan Pelabuhan Internasional Malaka City (Malaysia) dengan waktu tempuh 2 hingga 3 jam perjalanan kapal laut. Dumai sendiri memiliki pelabuhan laut domestik dan internasional, pelabuhan udara domestik dan 3 matra TNI bermarkas di Kota Idaman itu.

Kota ini juga dikenal sebagai kota yang menghasilkan minyak dan gas Bumi serta minyak sawit. Kilang Dumai merupakan kilang pengolahan minyak terbesar ketiga di Indonesia. Total kapasitas kilang Dumai mencapai 170 MBSD atau setara dengan 16,5% dari total kapasitas kilang yang dimiliki Pertamina.

Sekda Indra Gunawan dalam membaca naskah sambutan Walikota Paisal mengatakan kehadiran Laskar Rempah MBJR dan KRI Dewaruci semakin mengukuhkan posisi Kota dumai sebagai jalur penting di bagian Barat Indonesia yang melintasi selat malaka. “Menilik sejarah, ribuan tahun silam, rempah nusantara menjadi pintu gerbang yang membawa kesenian, keyakinan, bahasa, tradisi, dan melahirkan begitu banyak akulturasi budaya yang terjadi hingga hari ini,” kata Indra Gunawan.

“MBJR bertujuan untuk menumbuhkembangkan kecintaan dan kesadaran generasi muda agar terus mencintai sejarah, kearifan lokal, serta keragaman budaya warisan nenek moyang Bangsa Indonesia. Kegiatan MBJR, menjadi simbol Bangsa Indonesia membangun hubungan budaya, baik pada masyarakat di kepulauan-kepulauan nusantara, bahkan hingga belahan. MBJR juga bertujuan memperkuat ketahanan budaya serta diplomasi budaya di dalam dan luar negeri serta memaksimalkan pemanfaatan cagar budaya dan warisan budaya tak benda. Jadi, ini sebuah upaya untuk memperkenalkan kembali masyarakat kita, mengintegrasikan kembali, menelusuri lagi tapak-tapak sejarah maritim kita yang sebetulnya sangat luar biasa. Tujuan akhir dari perjalanan ini tentu bukan hanya demi minat pada sejarah semata-mata tetapi juga demi minat pada sejarah semata-mata tetapi juga ada hubungannya dengan masa sekarang dan masa depan,” tandas Indra Gunawan.

Jangan Lewatkan :  Tanam Bawang, Menteri AHY: Berkontribusi terhadap Ketahanan Pangan

Setelah penyerahan cenderamata dari Kementerian pendidikan dan kebudayaan dan teknologi kepada Pemko Dumai dan begitu pula sebaliknya, para “Prajurit Jalasena KRI Dewaruci” memperagakan skill budaya Pencak Silat di hadapan tamu undangan.

Sementara itu, dengan bangganya Laskar Rempah MBJR menyuguhkan ragam tari seni budaya nusantara, mulai dari Papua, Kalimantan hingga Aceh Ujung Barat Indonesia. Dengan gesit dan piawai, Laskar Rempah MBJR meliuk-liuk bergerak di atas panggung Sri Bunga Tanjung.

Sebagai ungkapan terimakasih, dari atas panggung, dengan bangganya Laskar Rempah MBJR kumandangkan yel-yel yang cukup unik, demikian isinya:

“Takkan Melayu Hilang Di Dunia
Berjiwa Muda Nan Kesatria
Sebiru Air Di Lautan
Semerah Darah Di Hunuskan

Berkarakter, Beradat dan Berbudaya..!!”

“Dari Segala Daerah Nusantara
Kami Laskar Rempah Bersatu
Sama-sama Merasakan
Suka Duka Di Pelayaran

Kami dari Batch Satu
Lada Putih Namanya
Ada Tiga Titik Singgahnya
Pelepasan Di Jakarta
Menuju Belitung Timur
Dan Berakhirlah Di Dumai

Sabang Merauke, Indonesia..!!
Jaya Bakti… NKRI..!!”

Kalau Kau Laskar Rempah Tepuk Dada …!!
Kalau Kau Laskar Rempah Tepuk Tunggal …!!
Kalau Kau Laskar Rempah, Mari Kita Lakukan
Kalau Kau Laskar Rempah Keduanya (sambil tepuk tangah dan dada)

Humbala humbala heo..!! 2x
Humbala humbala heaheaho..!! 2x
Hooooooooo..!! Jalur Rempah
Huooooo..!! Batch Lada Putih
Kami Datang Disini dengan Disiplin Tinggi
Semangat Berlayar bersama Dewaruci
Jalesveva jayamahe jayamahe..!! 2x
Di Laut Kita Jaya..!! 2x”

Di penutup penampilan nya, Laskar Rempah MBJR kemudian melakukan tarian bersama Sekda Indra Gunawan dan Forkopimda yang hadir. Suasana tarian bersama benar-benar larut diiringi lagu “Gemu Fa Mi Re”, asal Maumere NTT, ciptaan Frans Cornelis Dian Bunda atau biasa dikenal dengan Nyong Franco, pada tahun 2011.

Jangan Lewatkan :  Fatia Ulfa Ditetapkan Ketua IKWI Riau Periode 2024-2029

Diketahui, misi MBJR tersebut telah dilakukan sejak tahun 2020, dan tahun pertama menyusuri wilayah Timur Indonesia. Pada tahun kedua menyusuri wilayah Tengah dan saat ini menyusuri wilayah Barat Indonesia, dengan rute Jakarta-Belitung Timur-Dumai (134 kru on board), Dumai-Sabang-Malaka (Malaysia)-Tg Uban (136 kru) dan Tg Uban-Lampung-Jakarta (137 kru).

Rincian kru; ABK KRI Dewaruci 87 orang, 47 orang Batch 1, 50 orang Batch 2, 49 orang Batch 3, sehingga total 233 orang yang terlibat langsung selama pelayaran MBJR wilayah Barat Indonesia. Laskar Rempah MBJR Batch 1 dipimpin Muhammad Jufri Rumadaul, asal Merauke Papua Selatan.

Perkiraan lama pelayaran dari Jakarta kembali lagi di Jakarta 39 hari, dengan total jarak tempuh 3.105 Nm (Mil Laut).

Di setiap persinggahan nya, Laskar Rempah MBJR selalu menggelorakan yel-yel “Jalur Rempah..!!! Menuju warisan Budaya Dunia..!!”.

Laskar Rempah itu sendiri terdiri dari peneliti, akademisi, jurnalis, serta pegiat film dan foto. Selain Kota Dumai, Laskar Rempah MBJR juga akan menyusuri jalur rempah ke Kota Siak lewat jalan darat. Kota Dumai juga sekaligus kota transit pergantian Batch 1 ke Batch 2.

MENUJU UNESCO

MBJR merupakan program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan TNI AL. Bersama KRI Dewaruci, MBJR telah melintasi jalur rempah di Surabaya, Makassar, Baubau dan Buton, Ternate dan Tidore, Banda Naira, Kupang, dan kembali ke Surabaya pada 2020, serta jalur rempah di Surabaya dan Kepulauan Selayar pada 2023.

Direktur Judi Wahjudin menjelaskan, pelayaran muhibah yang panjang ini adalah upaya Indonesia untuk mengajukan jalur rempah sebagai warisan budaya dunia kepada Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO), yang ditargetkan bisa diraih pada 2024.

(ES)