Amanuban Selatan, Timor Tengah Selatan
[Gaperta.id]
Jumat (18/07/2025), Ratusan petani dari wilayah Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), menunjukkan semangat solidaritas dan kemandirian tinggi dengan bergotong-royong melakukan pekerjaan empang di Kali Panite. Kegiatan bakti ini berlangsung pada pukul 09.00wita-14.40Wita di Sipon O’fatu, Desa Bena.
Gerakan dan Gabungan Masyarakat:
Aksi kolektif ini bertujuan untuk mengalirkan air ke saluran permanen sebagai bagian dari persiapan menghadapi Musim Tanam II Tahun 2025. Gabungan Petani Pemakai Air (GP3A) Tunmuni bersama para petani dari beberapa desa, yaitu Desa Bena, Pollo, Batnun, dan Kiubaat, turut serta dalam pekerjaan besar ini.
Para petani bahu-membahu membawa karung dan patok sesuai dengan arahan dari Ketua GP3A Tunmuni, Markus Nomleni, sebagai bagian dari upaya membendung aliran sungai agar air bisa diarahkan ke jaringan irigasi yang sudah tersedia.
“Saya sudah sampaikan sejak awal bahwa semua petani yang hadir wajib membawa karung dan patok. Itu penting supaya pekerjaan ini bisa berjalan baik dan benar,” ungkap Markus Nomleni saat memberikan instruksi kepada para petani di lokasi.
Miris :
Meskipun semangat gotong royong terlihat begitu tinggi, namun absennya kehadiran pemerintah kecamatan melalui Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopincam) sangat disayangkan oleh para petani. Menurut Markus, para petani merasa seperti “anak ayam kehilangan induk” karena tidak ada pendampingan langsung dari unsur pemerintah saat kegiatan yang sangat krusial ini berlangsung.
Harapan:
“Kami merasa sendiri. Tidak ada yang mendampingi kami dari Forkopincam. Kami berharap ke depan, dalam kegiatan-kegiatan seperti ini, ada kehadiran pemerintah. Kita ini sedang membantu program Presiden tentang ketahanan pangan, dan sudah seharusnya petani dan pemerintah berjalan bersama,” lanjut Markus.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa para petani di pedesaan, khususnya di Kecamatan Amanuban Selatan, memiliki kesadaran kolektif tinggi untuk menjaga kelangsungan pertanian mereka, meskipun seringkali tanpa dukungan penuh dari struktur pemerintahan lokal.
Kali Panite sendiri merupakan salah satu sumber air utama bagi area persawahan di wilayah tersebut. Tanpa empangan yang layak, air dari sungai ini tidak dapat mengalir secara maksimal ke jaringan irigasi, yang pada akhirnya akan berdampak langsung pada produktivitas hasil pertanian.


Dokumentasi Kegiatan:
Dalam dokumentasi yang tersebar, terlihat ratusan petani dari berbagai usia, bahkan anak-anak dan orang tua, ikut berperan dalam kegiatan ini. Mereka membentuk barisan di sepanjang tepian sungai, memasang karung-karung berisi pasir dan batu sebagai bendungan darurat, sambil terus menjaga keseimbangan aliran agar tidak merusak konstruksi.
Sayangnya, absennya unsur pemerintah dalam kegiatan seperti ini bukan kali pertama terjadi. Para petani berharap, pemerintah daerah dan kecamatan lebih proaktif dalam merespon dan mendukung aksi-aksi swadaya masyarakat yang secara langsung berkontribusi dalam mewujudkan kedaulatan pangan nasional.
Dengan keterbatasan alat, tenaga, dan dana, para petani tetap menunjukkan semangat juang yang tinggi. Mereka berharap kerja keras yang dilakukan hari ini akan menjamin pengairan yang memadai bagi sawah-sawah mereka di musim tanam mendatang, dan hasil panen yang lebih baik demi kesejahteraan keluarga dan komunitas mereka.
Penutup:
Sebagai penutup, Markus Nomleni kembali menegaskan:
“Kami tidak butuh pujian, yang kami butuh hanya perhatian dan kerja sama dari semua pihak. Kalau pemerintah dan petani bisa saling menggandeng, maka mimpi tentang ketahanan pangan bukanlah sekadar slogan, tetapi akan menjadi kenyataan.”