KAIRO, [Gaperta.id] – Hari ke-2 tour peserta Wisata Religi Kristen Pemko, dibawa mengunjungi Mody Khattab Terapi dan Essences, di 91 Sphinx St. Nazlet el Samman Pyramids – Giza – Mesir, Rabu (9/10/2024). Merupakan salah satu tempat yang memproduksi herbal terapi alami, yang dikerjakan sebuah keluarga Badui secara turun-temurun, sejak 300 tahun lalu.
Kunjungan dianggap penting, karena Suku Badui merupakan bangsa yang ahli menghasilkan aroma terapi dan essences (serum), dengan SDA terbatas, namun mampu menghasilkan sesuatu yang menjadi kebutuhan masyarakat hingga saat ini, yaitu herbal alami dan essences. Suku Badui jauh sebelum mengenal agama alias sejak menyembah berhala, 2.700 tahun Sebelum Masehi telah mampu menghasilkan herbal alami.
Dari sini, peserta tour dibawa menuju salah satu dari 7 keajaiban dunia sekaligus ikonik negeri Mesir, yaitu Piramida Giza dan patung Sphinx. Piramida merupakan sebuah karya Bangsa Mesir kuno yang menjadi penuh misteri hingga saat ini. Para pakar belum tahu pasti bagaimana di jaman kuno dulu, Bangsa Mesir bisa menghasilkan Piramida dan Patung Sphinx, dengan kompleksitas dan presisi sempurna bisa diciptakan, tanpa teknologi modern. Sungguh bangsa yang luar biasa.
“Bahkan, seandainya kita sisip satu kartu diantara celah bebatuan, kartu tersebut tidak akan bisa disisip, saking rapat dan presisi nya susunan batu terkecil berbobot puluhan ton per unit ini”, kata tour guide, menggambarkan kecanggihan teknologi kuno Bangsa Mesir.
Kebenaran sejarah Kitab Perjanjian Lama dibuktikan dengan Naskah Laut Mati, yaitu tulisan para nabi diatas kertas daun papirus. Beruntung, peserta wisata religi berkesempatan menyaksikan bagaimana proses mendaur tanaman papirus menjadi sebuah kertas, cara yang sama seperti jaman nabi-nabi perjanjian lama. Tempat pembuatan kertas berbahan baku papirus ini berada di Museum papirus (Golden Eagle Papyrus), terletak di tepi barat sungai Nil, antara Kairo Sheraton dan jembatan Universitas, Kobry al-Gamaa, hampir satu kilometer dari pusat Kairo.
Dari sini, peserta selanjutnya menuju sebuah sumur kuno, yang diperkirakan sejarahwan Kristen bahwa itu adalah sumber mata air pahit Mara yang menjadi manis, saat Musa bersama ±2 juta Bangsa Israel dalam perjalanan pulang dari Mesir akan kembali ke Israel. Mara, Elim dan Rafidim (batu mengeluarkan air) merupakan titik rangkaian napak tilas peserta sebelum menuju Gunung Sinai, esok Kamis (10/10).
Hari hampir pukul 22.00 waktu setempat, saat rombongan peserta tiba di Second Sharm Al Shiekh, Kegubernuran Janub, untuk beristirahat.
Makna rangkaian perjalanan hari itu adalah para peserta tour mengenal kehidupan Bangsa Mesir yang masih berlaku hingga saat ini, sekaligus merasakan sekilas perjalanan Nabi Besar Musa bersama jutaan Bangsa Israel dalam menghadapi cobaan kekurangan air minum.
“Terimakasih Pak Paisal. Begitu saya tahu Bapak meng SK kan saya sebagai peserta wisata religi Kristen Pemko Dumai, saya sempat menangis. Bahkan keluarga saya pikir saya bercanda saat saya kasih kabar sukacita ini. Saya terharu dengan kesempatan yang Bapak tawarkan kepada mengunjungi negeri Timur Tengah ini. Doa saya bagi Pak Paisal, semoga makin sukses dan sehat selalu, begitu juga dengan keluarga”, kata Merlina br. Tampubolon, seorang Kader posyandu di Gurun Panjang, sambil mengenakan kemeja nya yang di bordir bertuliskan “Wisata Religi Kristen Pemko Dumai, 7-18 Oktober 2024, Mesir – Palestina – Israel – Yordania”.
(ES)