DUMAI, [Gaperta.id] – Sabtu (10/5/2025) siang, Dubes RI untuk Malaysia, Dato’ Indera Hermono berkunjung ke Kota Dumai. Kunjungan kerja dimaksud untuk membahas isu yang sudah berhembus selama 15 tahun, baik secara nasional maupun Riau, apalagi di kota pesisir Dumai.
Bersama Sekda Dumai H Indra Gunawan, mewakili Walikota H Paisal, SKM., MARS., Ka. KSOP Dumai, Kapolres Dumai, Kadishub Provinsi Riau diwakili Kabid Pelayaran, Ka. BP3MI, GM Pelindo Regional 1 Dumai Jonathan Ginting diwakili Muhammad Zaini, Fajar Abdi Satriawan dan M. Aulia Arsyad, Ka. KSOP Dumai, Lanal Dumai, LAMR-Dumai, para atase dari KBRI Kuala Lumpur, seperti Atase Perhubungan dan Atase Perdagangan serta pihak terkait lainnya, Dubes Dato’ Indera Hermono membahas rencana konektivitas Dumai (Indonesia) – Malaka (Malaysia).
“Isu konektivitas infrastruktur ini sudah berhembus sejak 15 tahun lalu. Diawal, sempat direncanakan membangun jembatan Dumai – Rupat – Malaka. Namun ide ini dianggap tidak visibel. Pilihan lainnya, ada pula rencana pembangunan terowongan. Namun, ini juga terlalu mahal. Nah, opsi sarana kapal Roll on Roll off (Roro) dianggap murah dan visibel. Jadi, saya minta semua pihak untuk mendukung visi ini”, ucap Dato Indera Hermono serius, dihadapan para pihak, di ruang rapat KSOP.
Ditambahkannya, pembahasan serius ini juga paralel dengan rencana konektivitas Batam (Indonesia) – Johor (Malaysia), diwaktu bersamaan.
“Jika Roro ini terealisasi, maka ada potensi ekonomi bagi kedua pihak. Malaysia berencana ingin membangun Food Estate disepanjang pesisir Sumatera. Sebab, Malaysia sangat bergantung bahan baku pangan dari negara lain. Nilai import bahan pangan mereka dari Indonesia setiap tahun RM 72 milyar. Indonesia negara teratas memasok bahan pangan. Makanya, rencana ini bukan main-main. Ini rencana serius”, jabar nya lagi.
Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan Malaysia dengan tujuan Sumbar juga diperkirakan sang Dubes bisa terdongkrak signifikan.
“Jumlah wisatawan Indonesia yang datang ke Malaysia juga nomor 1. Jadi, Dumai merupakan titik simpul dalam menentukan peningkatan ekonomi kedua negara. Apalagi Indonesia bersama beberapa negara Asean telah membentuk ASEAN Community Vision 2045 untuk jangka panjang. Nah, tentu dengan adanya Roro, bisa jadi sarana lalulintas manusia dan barang”, cakap Dato Indera Hermono, diaminkan Sekda Indra Gunawan dan Ka KSOP Capt. Diaz Saputra, mendorong semua pihak agar pro aktif mewujudkan rencana itu.
Menanggapi maksud kedatangan Dubes Dato’ Indera Hermono tersebut, manajemen Pelindo Dumai menyambut baik hal tersebut. “Ya, tentunya kami mendukung penuh rencana tersebut. Pelindo Dumai siap koordinasi dalam rencana besar ini”, ungkap GM Pelindo Jonathan Ginting diwakili Muhammad Zaini diaminkan Fajar Abdi Satriawan dan M. Aulia Arsyad.
Untuk diketahui, BUMN Pelindo Dumai merupakan perusahaan pemilik sebahagian kawasan tidur pesisir Kota Dumai. Membentang dari Kelurahan Pangkalan Sesai sebelah Barat sampai ke Kelurahan Buluh Kasap sebelah Timur. Jika pengadaan kapal Roro itu terwujud, pemanfaatan lahan kosong Pelindo untuk pembangunan dermaga sandar tentu diperlukan. Ini juga bisa berdampak bagus bagi perusahaan BUMN itu.
Menurutnya, konektivitas Dumai – Malaka ini merupakan potensi jalur alternatif yang lebih baik dari rancangan awal Asian Land Transport Infrastructure Development (ALTID) – UNESCAP melalui jalur Kapal Ferry antara Butterworth – Belawan. Hal ini penting mengingat jaringan ALTID tersambung secara luas mulai dari Korea Selatan, China, Rusia, Eropa, Timur Tengah, India, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapore, dan paling ujung adalah Indonesia. Arus ekonomi dan wisatawan mancanegara dapat terhubung jika konektivitas ini terwujud, khususnya Riau akan menjadi daerah Transit utama yang menjadi penggerak ekonomi kawasan sekitarnya.
Riset Inovasi Daerah Indonesia (RiDI/www.ridi.or.id), yaitu NGO yang bergerak dalam bidang penelitian independen yang secara khusus berfokus pada tema yang berkaitan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB / SDGs), lewat Direkturnya, Patrik Tatang, menyambut baik rencana konektivitas kedua negara.
Menurutnya, konektivitas Dumai – Malaka ini merupakan potensi jalur alternatif yang lebih baik dari rancangan awal Asian Land Transport Infrastructure Development (ALTID) – UNESCAP melalui jalur Kapal Ferry antara Butterworth – Belawan. Hal ini penting mengingat jaringan ALTID tersambung secara luas mulai dari Korea Selatan, China, Rusia, Eropa, Timur Tengah, India, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapore, dan paling ujung adalah Indonesia. Arus ekonomi dan wisatawan mancanegara dapat terhubung jika konektivitas ini terwujud, khususnya Riau akan menjadi daerah Transit utama yang menjadi penggerak ekonomi kawasan sekitarnya.
“Sebagai organisasi non-profit, kami berkomitmen untuk mendukung implementasi TPB melalui penelitian independen yang berfokus pada isu-isu kunci yang terkait dengan keberlanjutan. Apalagi isu ketersambungan infrastruktur kedua negara merupakan pembangunan bersifat jangka panjang dan akan berdampak positif bagi anak cucu kita”, ungkap Patrik Tatang, menanggapi keseriusan pemerintah tersebut.