DUMAI, [Gaperta.id] –
Oleh: Ngah Aroel (Arul)
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik”. (QS. Al-A’raf: 26)
Setepak Sirih:
Tamadun kebudayaan Melayu banyak melahirkan adat istiadat, reka bentuk budaya serta kearifan local lainnya. Berbagai bentuk telah tercipta dari kebudayaan Melayu tersebut. Tidak terlepas dari kebudayaan adat istiadat busana. Mulai dari segi adat, adab, azas, serta asalnya sarat penuh makna dan penuh karakteristik. Dari zaman ke zaman busana Melayu terus berkembang dan terjadi perubahan berbagai aspek pemakaiannya. Namun dari pada itu, setiap detailnya mesti harus dijaga dan dilestarikan hingga sat ini, guna menjaga kearifan local tersebut.
Dalam masyarakat Melayu pakaian tidak semata-mata berfungsi untuk melindungi tubuh dari panas dan dingin. Lebih dari itu, pakaian berfungsi untuk menutup malu, menjemput budi, menjunjung adat, menolak bala dan menjunjung bangsa.
Yang di Kepala
Destar
Destar merupakan nama umum untuk seluruh hiasan kepala orang melayu.
Sebagian wilayah tanah Melayu ada yang menyebut dengan sebutan Desta, Deta, Detaw dan Deto.
Tanjak
1. Dalam kitab pengetahuan bahasa, makna
Tanjak ialah “yaitu sapu tangan pakaian orang Melayu yang diatas kepala, diikat nya betul-betul bersamaan tekab nya tiada berbolot-bolot, yaitu ganti songkok kepada bertanjak namanya” (hamzah yunus, 1986/87:173).
2. Tanjak dibuat dari kain bersegi empat dan dilipat dua hingga menjadi kain segi tiga, serta dibentuk dengan karangan tertentu yang memiliki syarat dan falsafah masing masingnya.
Adapun syarat-syarat destar dikatakan Tanjak adalah:
1. Dibuat dari kain segi empat dan dilipat dua hingga menjadi kain segi tiga
2. Memiliki lipatan tapak
3. Memiliki lipatan bekong (nasib dan bertingkat)
4. Memiliki simpulan (ketupat palas, garam sebuku, ketupat seberang, Buraksa temenggung, dll).
5. Memiliki Karangan (Mahkota Alam, Bugis tak Balik, Balong Ayam, dll)
Tanjak memiliki sifat-sifat:
1. Sombong/Garang (Penerangan Sifat) -Nakhoda Trong, Tok Beruas
2. Duka/Sedih (Penerangan sifat) -Bugis Tak Balik, Takur Tukang Besi
3. Megah/Mewah (Penerangan Sifat) -Alang Iskandar
4. Bunga/Cinta (Penerangan Sifat) -Getam Budu, Sekelonsong Bunga
Semutar:
Jenis ikatan ini hampir di seluruh masyarakat tanah Melayu menggunakannya hingga saat ini. Semutar merupakan kain panjang yang dililit di atas kepala. Pada umumnya semutar berfungsi sebagai penghambat tetesan keringat dari kepala ke wajah dan sebagai pengikat rambut supaya jangan terurai. Umumnya semutar dipakai oleh kaum lelaki. Jenis ikatan ini sering dijumpai oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah, para petani, nelayan, juru masak dan pekerja lapangan lainnya.
Secara terkhusus kan pemakaian Semutar dapat dibagi menjadi tiga golongan: Adab bertandang, Adab bekerja dan Adab menjamu.
Tengkolok
Tengkolok mirip dengan Semutar, hanya saja ia dibuat dari kain sarung yang diikat dan dihias diatas kepala. Selain kaum laki laki, tengkolok juga dipakai oleh kaum hawa.
Ada beberapa bentuk tengkolok yang dipakai oleh kaum hawa, antara lain:
1. Tengkolok Putri
2. Tengkolok Selepuk
3. Tengkolok Suri
Getam
Getam juga dibuat dari selembar kain segi empat dan dilipat sedemikian rupa. Perbedaannya dengan Tanjak ialah bahwa getam tidak memiliki simpulan dan bagian atas getam tertutup rapat, sehingga tidak menampakkan rambut sang pemakainya.
Di Riau, khususnya di Kesultanan Siak Sri Inderapura, Sultan Siak terakhir, yakni Sultan Syarif Qasim Dua memakai Getam Sarang Tembuan sebagai Destar Kebesarannya.
Jenis-jenis Getam berdasarkan bentuknya:
1. Getam Sarang Tembuan
2. Getam Budu
3. Getam Bulan
4. Getam Tanduk
5. Getam Pekasam
Justar dan Ketopong
Justar menggunakan kawat besi dan logam lainnya sebagai bahan dasar nya. Justar merupakan hiasan kepala yang terbuat dari kawat logam dan dililitkan kain beludru bercorak warna warni sebagai hiasannya. Justar sering kita lihat dipakai oleh pengantin baik laki laki, sedangkan pengantin perempuan memakai sunting.
Ketopong bukanlah hiasan kepala untuk rakyat biasa, melainkan pakaian yang hanya dipakai oleh Raja, Permaisuri, petinggi kerajaan, laskar atau pasukan perang dan laksmana atau panglimanya. Pemakaian ketopong ini pun lebih dipakai oleh kerajaan melayu kuno. Ketopong terbuat dari seratus persen logam dengan bentuk yang beranekaragam, jika kita lihat dari bentuk dan fungsinya sangat mirip dengan helm baja yang dipakai oleh tentara perang.
Mahkota dan Sorban
Mahkota juga terbuat dari bahan dasar logam. Umumnya mahkota berbahan dasar emas atau suasa. Hal ini tentunya berdasarkan si pemakainya. Hampir di seluruh kerajaan diDunia ini mahkota hanya dipakai oleh Raja atau sultan yang berkuasa di tanahnya.
Bila dilihat dari bentuknya, sorban sangat mirip dengan semutar. Yang menjadi perbedaannya adalah besar kain yang digunakan. Kain yang digunakan untuk mengikat sorban cendrung lebih panjang dan lebih besar dibandingkan dengan semutar. Tak hanya itu, kedudukan si pemakaian nya pun menjadi perbedaan yang mendasar.
Selendang dan Tudung Manto
1. Selendang adalah penutup kepala kepada perempuan, berfungsi utama sebagai penutup aurat dan menghindari kepala dari sengatan Matahari. Selendang berbahan dasar dari kain panjang dengan ukuran lebih kurang satu meter hingga satu meter setengah.
2. Tudung Manto adalah hiasan kepala yang hanya dipakai oleh kaum hawa.Terbuat dari kain yang ditenun atau disulam berdasarkan corak-corak tertentu.Tudung Manto berbentuk kain segi panjang yang diletakkan di atas kepala wanita.
Tudung Lingkup
Tudung Lingkup hanya dipakai oleh kaum hawa sahaja. Berbeda dengan Tudung Manto, Tudung Lingkup terbuat dari kain sarung utuh yang terbuat dari kain songket atau kain batik dengan corak-corak tertentu. Pemakaian nya pun cukup simpel dan sederhana. Hanya disarungkan kepala wanita menutup rambut hingga ke punggung badan dengan tangan kanan sebelah luar dan tangan kiri di dalam sarung.
Ada tiga cara pemakaian Tudung Lingkup dilihat dari si pemakainya:
1. Pertama; pemakaian dengan menutup wajah yang dipakai oleh wanita yang masih gadis atau yang belum menikah.
2. Kedua; membuka wajah yang bermaksud melayan tetamu bagi wanita yang berstatus isteri orang, dan yang
3. Ketiga; mengikat bagian bawah ke pinggang sebagai penanda bahwa wanita tersebut sedang melakukan pekerjaan yang dianggap berat (kerja lapangan).
Baju
Salah satu pakaian orang Melayu yang wajib ialah baju. Baju tidak semesta hanya melindungi tubuh si pemakai dari berbagai ancaman ia juga sebagai hiasan diri. Bahkan dibeberapa bagian tanah Melayu, baju memiliki kasta dan status sosial bagi si pemakainya.
Ada banyak ragam jenis dan bentuk baju Melayu, antara lain; Teluk Belanga, Cekak Musang dan Baju Hias.
1. Baju Teluk Belanga.
Berbentuk polos tanpa saku, lubang leher tidak memiliki kerah dan hanya memiliki satu buah butang (kancing). Dibagian ketiak memiliki keke, dibagian kiri dan kanan badan pula memiliki pesak. Jika dilihat dari bentuk sulaman kerahnya, baju tersebut ada yang memiliki kerah tulang belut, mata lalat, mata ikan, Dll.
2. Cekak Musang.
Baju ini memiliki kerah lebih kurang tinggi dua jari di lehernya. Memiliki butang lima buah yang konon bermaksud Lima Rukun Islam. Dua butang mencekak leher dan tiga butang pada belahan dada.
3. Baju Hias.
Merupakan kembangan dari baju gunting Cina namun hanya memiliki satu butang di atas bagian leher, sementara belahan dada nya sampai kebawah dibiarkan terbuka.
Gunting Cina, Singkap dan Baju Layang
1. Baju Gunting Cina seperti baju Cekak Musang dari bentuk dan potongannya, hanya saja ada perbedaan diantara keduanya. Pada baju Cekak Musang tetap memiliki kerah lebih kurang tinggi dua jari, namun pada bagian depan leher tidak menyatu, kerah bagian depan berpisah antara kanan kirinya dan ujung kerah berbentuk membulat. Kerah tersebut kerap disebut dengan kerah Shanghai. Dan ciri bentuk lainnya adalah baju Gunting Cina memiliki belah dada habis sampai ke bawah.
2. Baju Singkap berbelah habis sampai ke bawah, memiliki lima butang dari leher sampai ke pusat, pada bagian samping bawah kiri dan kanan agak sedikit mengembang, memiliki pesak dan keke serta tidak memiliki saku pada bagiannya.
3. Berbeda dengan baju lainnya, baju layang hanya dipakai oleh raja-raja, sultan atau petinggi negeri atau pemimpin dalam suatu kelompok masyarakat. Baju layang berbentuk selayar yang menyelubungi pundak hingga hampir seluruh bagian tubuh belakang.
Jubah dan Kutang
1. Qamis atau Gamis berasal dari bahasa Arab yang bermaksud baju labuh atau baju jubah. Masuknya islam ke nusantara turut memperkenalkan jenis baju ini ke alam Melayu. Seiring waktu berjalan, baju tersebut melekat dan di pakai pula oleh bangsa pribumi. Pada umumnya baju jubah hanya dipakai oleh masyarakat Melayu yang dianggap paham dalam ilmu agama, tokoh agama, Ulama, penghulu agama dan tokoh agama lainnya.
2. Baju kutang merupakan baju yang tidak berlengan. Baju ini biasanya dipakai pada bagian dalam, pelapis dada,baju harian atau baju tidur. Masyarakat sekarang lebih mengenal dengan sebutan baju KTB. Baju ini boleh dipakai oleh lelaki dan boleh juga dipakai oleh wanita, tergantung fungsi dan tempat ia memakainya. Namun jika dilihat dari bentuk fisik dan penampilannya memang ada perbedaan antara kutang lelaki dan kutang perempuan.
Kebaya dan Kurung Laboh
1. Baju tersebut memiliki bentuk labuh hingga ke atas lutut, berbelah dada hingga ke bawah, berlengan panjang dan tetap menggunakan pesak dan keke pada bagiannya. Ukuran baju ini hendaknya lebar dan tidak sempit atau pas badan atau tidak menampakkan bentuk lekuk tubuh wanita si pemakainya.
2. Konon, baju Kebaya Laboh bersumber dari baju yang dipakai oleh Sayyidah Siti Fatimah, putri Rosulullah Muhammad SAW.
Bentuk dasar dari pada baju ini adalah baju teluk belanga. Memiliki butang satu di atas dan memiliki belahan dada hanya lebih kurang setengah jengkal dan berlengan panjang. Hanya saja perbedaannya baju ini berbentuk lebih labuh hingga ke paha. Ukuran baju ini juga hendaknya lebar dan tidak sempit atau pas badan atau tidak menampakkan bentuk lekuk tubuh wanita si pemakainya. Hal yang paling utama dalam adab berpakaian untuk wanita Melayu ialah menutup aurat dan tidak menampakkan bentuk tubuh terhadap lelaki yang bukan mahramnya.
Seluar dan Kotok
1. Penyebutan celana bagi bangsa Melayu ialah seluar. Secara etimologi bahasa kata Seluar berasal dari kata Sirwal yang diambil dari bahasa Arab. Sirwal/seluar bermaksud celana yang terbuat dari kain dengan ciri-ciri memiliki pesak pada selangkangannya, menggunakan tali sebagai ikatan pinggang, panjangnya hanya diantara bawah lutut hingga di atas mata kaki, tidak memiliki saku atau kocek, ada yang berbentuk besar lebar dan ada pula yang kecil keting.
2. Kotok adalah sebutan untuk celana pendek atau celana dalam, parasnya hanya sebatas paha dan hanya dipakai pada bagian dalam.
Kain Sampin
Sampin berasal dari kata samping. Kain ini disebut dengan kain samping, sebab ikatan yang terletak pada bagian pinggang terletak di sebelah samping tubuh, meskipun tidak semua jenis ikatan terletak di samping. Kain sampin Melayu biasa terbuat dari bahan songket, kain pelikat/sarung dan juga kain batik. Tergantung dari fungsi dan jabatan si pemakainya. Jika dilihat dari bentuknya, kain Sampin terdiri dari kepala kain, bekong/kaki kain, badan kain dan kaki kain.
Tata Cara Pemakaian:
Lain padang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Begitulah kata pepatah orang Melayu dahulu untuk mengungkapkan, bahwa ada perbedaan adat dan hukum yang berlaku pada setiap masyarakat tanah Melayu. Namun disini penulis menjelaskan secara umum tata cara pemakaian kain sampin yang berlaku di tanah Riau dan sekitarnya.
Dilihat dari tinggi rendahnya kain
1. Diatas lutut.
Pemakaian kain Sampin dengan posisi ketinggian diatas lutut menandakan bahwa si pemakai belum berkawin, terkecuali kuli, pendekar, askar perang dan jabatan lainnya sesuai dengan adatnya.
2. Dibawah lutut.
Pemakaian seperti ini menandakan bahwa si pemakai nya sudah berkeluarga atau sudah berkahwin.
3. Laboh hingga di atas mata di atas mata kaki. Pemakaian seperti ini pula menandakan bahwa si pemakai nya ialah seorang tokoh adat atau tokoh kampung, seperti Datok Sulta, Datok Penghulu, Cendikiawan, Alim Ulama dan tokoh masyarakat lainnya.
Dilihat dari posisi kepala kain:
1. Kepala kain didepan.
Jika seseorang memakai kain dengan meletakkan kepala kain dibagian depan, maka secara adat ia menyatakan dirinya belum berkawin alias bujang atau gadis.
2. Kepala kain dibelakang.
Bentuk pemakaian seperti ini menandakan bahwa si pemakai menyatakan diri sudah berkeluarga atau orang biasa.
3. Kepala kain disamping kanan. Menyatakan bahwa lelaki tersebut sudah kawin atau sudah pernah kawin.
4. Kepala kain disamping kanan agak menjorok kedepan.
Menyatakan bahwa si pemakai adalah seorang duda.
5. Kepala kain disamping kanan agak menjorok kebelakang.
Bentuk pemakaian seperti ini menyatakan sikap bahwa ia adalah suami orang.
6. Kepala kain disamping kiri.
Pemakaian seperti ini memberikan isyarat, bahwa si pemakai nya adalah perempuan yang sudah berkawin atau pernah berkawin.
7. Kepala kain disamping kiri agak menjorok kedepan.
Bentuk pemakaian seperti ini menyatakan sikap bahwa si pemakai nya adalah seorang janda.
8. Kepala kain disamping kiri agak menjorok kebelakang.
Bentuk pemakaian kain seperti ini adalah bagi perempuan yang sudah kawin dan berstatus isteri orang.
Adapun adat di dalam istana berbeda dengan adat yang dipakai oleh masyarakat umum. Adat di dalam istana disesuaikan dengan protokoler yang berlaku. Terkadang apa yang dipakai oleh orang dalam istana tidak sesuai dan bertentangan dengan apa yang berlaku di masyarakat luas. Hal ini untuk membedakan status drajat, status sosial, dan pangkat si pemakai nya dengan masyarakat awam.
Dilihat dari letak simpulan:
1. Ikatan/simpulan kain disamping kanan. Untuk pemakaian kaum lelaki.
2. Ikatan/simpulan kain disamping kiri. Untuk pemakaian kaum perempuan.
3. Ikatan/simpulan kain ditengah.
Untuk pemakaian duda atau janda.
Dilihat dari bentuk ikatannya dan bentuk bentuk ikatan sampin:
1. Dendang perantau.
Ikatan yang memiliki uncang yang digunakan oleh orang-orang yang berada di perjalanan atau orang kerja lapangan lainnya.
2. Laksmana melamar.
Berbunga disebelah kanan, yang konon nya dipakai oleh kaum lelaki ketika hendak mempersunting kan wanita idamannya.
3. Taruna mencari jodoh, janda berhias, fajar menyingsing, ikat taruna, Bunga Tanjung, dll
SElempang dan SAndang
1. Dua bentuk perlengkapan Melayu ini masih menggunakan kain sarung sebagai bahan utamanya, hanya saja posisi letak kain pada saat dipakai yang menjadi perbedaan siginfikan.Pemakain selempang dan sandang dengan cara kain digantungkan di bahu kanan dan bagian kain lainya di pinggang kiri.
2. Selempang bermaksud menanggung beban yang berat dengan meletakkan barang bawaan di bawah (di pinggang) yang bertanggung segala bentuk urusan, pendidikan dan tanggung jawab sedangkan sandang bermaksud menanggung beban yang berat dengan meletakkan posisi barang bawaan di pundak belakang atau di bahu bagian belakang yang bermaksud lebih ke arah perjuangan, peperangan, keselamatan dll.
Sebai adalah kain panjang yang dililitkan di leher. Berfungsi sebagai pelindung leher dari cuaca dingin. Selainitu, kain Sebai juga bisa difungsikan sebagai Semutar, penghias tubuh, alas sembahyang, pengikat benda dan fungsi lainnya.
Tetampan merupakan kain yang diletakkan di atas pundak atau bahu dan kedua sisi ujungnya dibiarkan bergantung ditubuh bagian depan dada dan belakang dada.
Bengkong merupakan kain yang besarnya hanya lebih kurang sejengkal dan memiliki panjang lebih kurang sekeliling pinggang. Bengkong dipakai dengan cara melilitkan kain tersebut ke pinggang yang berfungsi sebagai ikatan kain sampin, penghias busana serta memiliki falsafah hidup.
Bengkong Pahlawan. Bengkong ini adalah kain kafan yang dililitkan di pinggang bermaksud bahwa si pemakai sudah bersiap dan bersedia menghadap kematian. Bengkong pahlawan biasanya dipakai oleh seorang pendekar, ulama, Laksmana, askar atau pahlawan lainnya dalam suatu
perjuangan membela tanah air, bangsa atau agama. Ukuran bengkong pahlawan ini juga berbeda dengan bengkong pada umumnya. Bengkong pahlawan memiliki panjang lebih kurang 2 sampai 2,5 meter dan memiliki lebar lebih kurang 1,5 sampai 2 meter. Cukup untuk menutupi seluruh tubuh dan dijadikan kain kafan si pemiliknya.
Uncang dan Tarompa/Capal
Uncang sendiri berfungsi sebagai dompet zaman sekarang. Berbentuk karung goni namun dalam ukuran kecil dan bagian ujungnya diikat dengan tali agar mulut uncang tertutup rapat mengelakkan isi di dalam tertumpah keluar.
Tarompa atau capal adalah alas kaki yang berfungsi melindungi kaki dari berbagai ancaman di tanah. Bahasa lainnya adalah sendal.
Keris dan Pending
1. “Sedangkan ayam jantan membawa taji kemana pun ia pergi, apatah lagi kita Jantan/Perempuan Melayu”. Begitulah ungkapan yang tersebar pada orang Melayu dahulu. Bagi masyarakat Melayu pada umumnya merupakan hal yang wajib memiliki keris di setiap insan yang bernyawa dan salah satu marwah jantan Melayu. Keris bukan lah semata mata senjata sahaja, melainkan sebagai pelengkap busana dan marwah pada si pemakainya.
2. Pending
Terbuat dari tembaga, emas atau suasa tergantung dari status sosial si pemakainya. Tidak hanya sebagai hiasan semata, pending juga berfungsi sebagai perisai diri (perut) dari tikaman keris atau kojo, penolak bala, santau atau pun hal hal yang bersifat buruk lainnya. Tak heran jika di sebagian daerah menggunakan pending sebagai penangkal atau azimat untuk pelindung diri. Sebagian wilayah masyarakat melayu percaya bahwa santau atau santet masuk ke dalam tubuh manusia melalui lubang pusat dan menutup pusat dengan pending yang memiliki kekuatan spiritual tertentu. Bila dilihat dari bentuknya pending dapat dibedakan menjadi dua bentuk. Bentuk pertama berbentuk seperti daun tanpa jenjang di sisi pinggirnya merupakan pending jantan dan yang kedua berbentuk helaian daun yang berjenjang di sisi pinggirnya yang merupakan bentuk dari pending betina. Sistem pemakaian ini dikecualikan pada sultan atau petinggi negeri lainnya.
Perlengkapan Lainnya
Adapun perlengkapan hiasan lainnya seperti kronsang, caping, cincin, gelang, sunting, subang, kalung dan hiasan lainnya dapat dipakai sesuai dengan bentuk majelis yang dihadiri atau dilakoni.
SEDONDON
Dalam adat kebudayaan Melayu, masyarakat nya dilarang memakai pakaian yang Sedondon. Sedondon bermaksud memakai busana yang sebahan atau se warna dalam satu tubuh si pemakainya mulai dari atas hingga pakaian bagian bawah. Pengecualian Sultan atau raja serta kerabatnya. Hanya di kalangan istana saja lah yang dibenarkan memakai pakaian sedondon. Adapun masyarakat biasa yang dibenarkan memakainya ialah pengantin.
Pengantin bergelar “Raja sehari” bermaksud bahwa dalam satu hari selama ia di atas peterakna atau selama majelis upacara pernikahannya, ia di beri kuasa bak seorang sultan atau raja. Dalam hal ini pengantin dibenarkan memakai pakaian sedondon hingga diperlakukan, bak seorang sultan.
(Oleh: Ngah Aroel/Arul)
(ES)