DUMAI, [Gaperta.id] – Rabu (1/10) merupakan peringatan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2025. Di berbagai daerah Tanah Air, pusat pendidikan, dan instansi pemerintah dilaksanakan upacara pada pagi harinya. Pada hari yang keramat itu, lewat upacara, semua unsur tersebut menaikkan ucapan syukur atas ridho-Nya yang telah membentengi NKRI ini dari rongrongan komunis, bahkan selama 60 tahun, Nusantara ini dijaga oleh Zat Yang Mahakuasa, termasuk di Kota Dumai. Di semua kantor pemerintahan dan pusat-pusat pendidikan, tampak Sang Merah Putih menjulang tinggi di ujung tiang bendera, dimulai dari upacara pada pagi harinya hingga sore matahari terbenam.
Memasuki malam hari, warga Dumai yang sudah beristirahat di rumah masing-masing dan berkumpul bersama keluarga, sudah membayangkan bahwa esok Kamis mereka akan dibangunkan dengan tenaga baru, semangat baru, bahkan harapan baru dalam mengisi kemerdekaan yang telah dipertahankan oleh tujuh jenderal tumbal Lubang Buaya itu. Keheningan malam menyelimuti malam yang dingin. Apalagi, kota pesisir itu baru saja diguyur hujan lebat. Membuat warga enggan keluar rumah. Nonton TV atau tarik selimut alias tidur jadi pilihan warga.
Namun, semuanya buyar. Duarr! Suara ledakan mendadak memekakkan gendang telinga, memecah keheningan malam. Ribuan warga Dumai, terutama yang berada di Kelurahan Tanjung Palas, Jayamukti, Teluk Binjai, Mundam, dan Buluh Kasap tersentak. Tanjung Palas dan Jayamukti merupakan Ring 1 Kilang Pertamina Dumai. Dentuman memecah gendang telinga terdengar dua kali. Ribuan manusia di Ring 1 pucat pasi ketakutan.
Pukul 20.30 WIB, Kilang Pertamina Internasional RU II Dumai meledak. Kobaran api membubung tinggi menjadi penerang gelapnya malam. Cahaya jingga kemerahan mendominasi daratan dan Selat Dumai, bahkan hingga pesisir Pulau Rupat dalam radius beberapa kilometer. Asap hitam pekat dan raungan sirine ikut meramaikan suasana. Situasi benar-benar kacau.
“Kilang meledak..! Kilang terbakar..! Amankan surat-surat..! Awas..! Amankan diri..! Kita ngungsi..! Cepat..! Cepat..!,” demikian sekelumit kalimat teriakan yang dikumandangkan warga yang panik di beberapa kelurahan itu. Ketakutan ledakan susulan membuat warga makin panik.
Umpatan dan makian kepada Kilang Pertamina Dumai pun dikumandangkan secara massal oleh warga Ring 1 itu.
Spontan, tanpa ada yang mengomandoi, ribuan warga masyarakat bereaksi serentak dengan cara masing-masing. Ada yang mengemas pakaian dan surat-surat penting ke dalam koper atau tas. Ada yang langsung berlarian bersama keluarga meninggalkan rumah karena memang sudah bersiap-siap dari awal. Surat-surat berharga dan pakaian mereka memang sudah diamankan jauh-jauh hari sebelumnya di suatu tempat. Jadi, mereka mengamankan diri tinggal bawa badan saja.
Yang jelas, anak-anak, ibu hamil, dan lansia mengalami trauma psikologis. Beberapa di antara mereka dilarikan ke rumah sakit (RS) menggunakan ambulans yang memang langsung meluncur ke kawasan permukiman begitu ledakan terjadi.
Jagad media sosial (medsos) pun banjir komentar. Bahkan ada yang siaran langsung atau live, dengan mata kamera ponselnya menyoroti kobaran api atau kepanikan warga. Ragam postingan tapi mempunyai makna yang sama, panik.
Tiba-tiba, secuil postingan menyeruak ke permukaan, menimbulkan tanda tanya.
“Selamat pagi pak Lurah, perkenalkan saya Ainun dari Comrel RU II timnya mas Agustiawan. Mohon izin menginformasikan pak, terkait dengan pelaksanaan Major Emergency Drill (MED) atau latihan kedaruratan di RU II akan dilaksanakan pada Rabu, 1 Oktober pukul 20.30 WIB. Bersamaan dengan informasi tersebut, kami juga ingin menyampaikan pak, bahwa untuk kegiatan MED besok akan dilakukan pembunyian sirine sebagai bentuk latihan. Mohon diinformasikan kepada warga untuk tidak panik karena hal tersebut merupakan bentuk dari latihan pak. Demikian informasi ini disampaikan, terima kasih,” demikian bunyi postingan itu.
Postingan pemberitahuan ini pun menuai umpatan dari netizen dan tersebar di jagat maya. “Pelatihan katanya! Jangan suka mengalihkan isu setelah membuat panik warga..akui saja, nyawa manusia sangat berharga lho!,” bunyi tanggapan warga terhadap informasi liar tadi.
Junior Officer Comrel Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU II Dumai, Ainun Nabila, saat dikonfirmasi kebenaran kalimat postingan pemberitahuan simulasi kedaruratan itu oleh seorang wartawan lewat grup WhatsApp (WA), Ainun Nabila menyangkal, dengan mengatakan bahwa bukan ia yang menebar postingan itu.
“Surat kaleng tuh,” tegas wartawan lain di grup yang sama, setelah Ainun Nabila menyangkal postingan tersebut.
Hmmm, tentu saja postingan isu latihan kedaruratan ini semakin memancing amarah warga. Kok bisa-bisanya di tengah-tengah peristiwa kedaruratan yang terjadi ada pula pihak yang ingin membenturkan warga dengan manajemen PT KPI RU II Dumai. Hal ini bisa jadi catatan pihak intelijen negara, karena kilang Pertamina Dumai masuk sebagai aset Objek Vital Nasional (Ovit).
Sudah jadi standar operasi Kilang Pertamina Internasional RU II Dumai, jika mengadakan simulasi atau latihan kedaruratan, pasti didahului pemberitahuan. Tujuannya jelas, agar masyarakat di sekitar daerah operasi kilang tidak terkejut. Jadi, mereka tetap aman dengan segala rutinitas kegiatannya.
Area Manager Communication, Relations, & CSR PT KPI RU II Dumai Agustiawan mengatakan bahwa Tim Tanggap Darurat Kilang Pertamina Dumai telah berhasil mengatasi ledakan di salah satu unit operasional kilang berkat gerak cepat dan koordinasi yang solid.
“Situasi kini telah berada dalam kondisi aman dan berhasil terkendali pada pukul 23.20 WIB. Begitu kejadian terdeteksi, Tim langsung melakukan langkah-langkah penanganan sesuai prosedur keselamatan, dan penanganan dapat dilakukan dalam waktu singkat sehingga tidak meluas ke area lain dan tidak menimbulkan korban jiwa maupun korban luka. Sebagai bagian dari langkah mitigasi Kilang Pertamina Dumai juga telah melakukan pengamanan area kejadian untuk memastikan tidak ada potensi bahaya lanjutan. Selain itu koordinasi intensif juga telah dilakukan dengan aparat terkait serta pemerintah daerah dan pemantauan lingkungan secara berkelanjutan juga terus kami lakukan untuk memastikan keamanan masyarakat di sekitar area kilang. Di lokasi kami juga siagakan 8 unit mobil pemadam Kilang Pertamina Dumai dan dibantu 1 unit mobil pemadam kebakaran Pemko Dumai serta 1 unit mobil pemadam kebakaran Patra Niaga Regional Sumbagut,” kata Agustiawan lewat video yang tersebar di WAG.
Ditambahkan beliau, usai ledakan diatasi, operasional utama kilang tetap berlangsung dengan aman dan aktivitas masyarakat di sekitar area kilang tidak terganggu.
“Sejauh ini dapat kami sampaikan juga bahwa proses investigasi penyebab insiden ini tengah dilakukan untuk memastikan langkah-langkah pencegahan yang lebih optimal untuk masa yang akan datang. Tentunya keselamatan pekerja keselamatan masyarakat dan fasilitas ini merupakan prioritas utama kami. Kami juga berharap atas doa dan dukungan dari seluruh masyarakat,” pungkas Agustiawan.
BUFFERZONE
Nah, dengan peristiwa ini, masyarakat ring 1 Kilang Pertamina Dumai kembali diingatkan dengan rencana zona penyangga operasional Kilang Pertamina RU II Dumai atau Bufferzone meliputi Kelurahan Tanjung Palas dan Jayamukti yang telah berjalan sejak Tahun 2023. Bufferzone dihitung 60 m dari pagar kilang meliputi 7 RT.
Masyarakat dari kedua kelurahan ini telah melakukan pertemuan dan musyawarah untuk membahas permasalahan yang timbul akibat penambahan Bufferzone Kilang Pertamina RU II Dumai. Mereka meminta kejelasan dan percepatan penyelesaian masalah ini, terutama terkait pembayaran kompensasi untuk warga terdampak. Buffer zone mencakup area seluas sekitar 128.485 m² dengan 200 bidang tanah, di mana 132 di antaranya memiliki Sertifikat Hak Milik (SHM) dan 68 lainnya non-sertifikat, serta 374 bangunan yang terdampak.
Namun hingga hari ini, belum ada kejelasan terkait nominal ganti untung. Beberapa kali pertemuan manajemen PT KPI RU II Dumai dengan warga terdampak Bufferzone belum membicarakan nominal ganti untung. Bahkan, pernah dalam pertemuan di Patra Hotel, manajemen PT KPI RU II Dumai menghadirkan langsung narasumber dari manajemen Pertamina Pusat. Tapi pertemuan tak berjalan maksimal. Pertemuan yang dihadiri Direktur Penunjang Bisnis Muhammad Erry Sugiharto didampingi Direktur SDM dan Penunjang Bisnis PT KPI Tenny Elfrida dan GM PT KPI RU II Dumai Iwan Kurniawan pada Kamis (10/7/2025) itu diisi walkout beberapa warga yang hadir.
Saat pertemuan itulah Wali Kota Dumai, H. Paisal, menerima dokumen perencanaan pengadaan tanah untuk perluasan buffer zone Kilang Pertamina RU II Dumai. Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap komitmen serta langkah proaktif yang dilakukan Pertamina dalam merealisasikan rencana perluasan area penyangga kilang tersebut.
Dengan adanya peristiwa traumatis tadi malam, Kamis (2/10/2025) pagi, masyarakat dan manajemen PT KPI RU II Dumai kembali mengadakan pertemuan di kantor kelurahan Tanjung Palas.
Tentu, persoalan Bufferzone jadi topik utama. Dalam pertemuan itu terungkap sebanyak 20 warga menjadi korban dampak ledakan salah satu unit kilang pengolahan migas itu.
Warga di luar Bufferzone (+60 m) melampiaskan kekesalannya. Warga mendesak PT KPI menambah perluasan buffer zone hingga 100 meter agar masyarakat lebih aman ketika terjadi keadaan darurat.
Basri, Ketua RT.05, meminta agar perluasan Bufferzone ditingkatkan menjadi 100 meter agar warga mendapat jaminan keamanan. “Seperti kejadian malam tadi. Dua kali suara ledakan dan pijar api membumbung tinggi menyala dari dalam kilang membuat warga cemas. Suara dentuman membuat warga, apalagi bayi dan anak-anak, ibu hamil dan lansia traumatik,” tuturnya.
Katanya lagi, bahkan ada warganya kambuh sesak napas karena si warga mengalami sakit jantung, tiba-tiba kumat karena mendengar ledakan dan melihat api yang membesar. “Saya minta batas Bufferzone diperluas hingga 100 meter,” harap Basri, dikutip dari Viralnasional.com terbit Kamis (2/10).
Sementara itu, Ketua Komisi I DPRD Kota Dumai, Edison, SH, angkat bicara terkait insiden yang terjadi. Edison menyoroti lambannya penyelesaian masalah Bufferzone bagi warga sekitar kilang. Hingga kini, kejelasan mengenai area tersebut tak kunjung tuntas, sehingga masyarakat tetap hidup dalam bayang-bayang ancaman ledakan, kebakaran, maupun kepulan asap dari kilang.
“Di sekitar area kilang ada ratusan bahkan ribuan masyarakat yang terancam kenyamanannya. Hampir tiap waktu mereka merasa was-was. Beberapa waktu lalu kita juga melihat kepulan asap hitam pekat dari kilang, dianggap biasa saja, dan akhirnya benar saja tadi malam terjadi lagi ledakan dan kebakaran,” ungkapnya, dikutip dari Auranusantara.com terbit Kamis (2/10).
Sementara itu, seorang warga Dumai yang juga Public Policy and Potency Analyst, Advisory & Assisting for Local Community, Journalist & Researcher, Pak Patrik Tatang, menilai bahwa lewat peristiwa ledakan di Unit Pengolahan Migas itu, ia berharap Pemerintah Pusat memiliki prioritas dalam melindungi warga negaranya terutama terhadap industri yang selalu berlindung pada jurus sakti “OBJEK VITAL NEGARA”.
“Yth. Presiden Prabowo Subianto dan Mas Wapres Gibran Rakabuming. Kilang Pertamina Internasional Unit Dumai (RU II) ini sudah berumur 54 tahun (sejak diresmikan 1971 oleh Presiden Soeharto). Sejak itu siapa pun yang tinggal di Kota Dumai memiliki resiko kehidupan jika terjadi sesuatu. “Transparansi dalam tata kelola mitigasi bencana dan resiko ledakan serta gas dan kimia berbahaya menjadi hal kritis bagi masyarakat Kota Dumai.” Kami berharap Pemerintah Pusat memiliki prioritas dalam melindungi warga negaranya terutama terhadap industri yang selalu berlindung pada jurus sakti “OBJEK VITAL NEGARA”. Apakah warga negara bukan lebih Vital dan Fatal bagi masa depan bangsa ini? Semoga Indonesia Maju dan Astacita dapat menjadi matahari yang menerangi Bangsa ini,” demikian bunyi lengkap postingan Patrik Tatang lewat Facebook-nya, beberapa menit usai ledakan terjadi.
Lantas, dengan peristiwa yang terjadi ditambah masukan warga saat pertemuan di kelurahan, akankah persoalan Bufferzone ini akan jadi siklus yang kedua kalinya? Apa hikmahnya dari peristiwa ledakan tadi malam? PT KPI RU II Dumai, Pemprov Riau, masyarakat, serta unsur terkait di Dumai agaknya harus duduk kembali. Buktikan kepada dunia bahwa pada Rabu, 1 Oktober kemarin, Pancasila itu memang sakti. Peristiwa kedaruratan Kilang Pertamina Dumai tetap tidak membelah persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan momentum Kesaktian Pancasila itu, warga masyarakat Dumai tetap bersatu.