DUMAI, [Gaperta.id] — Pukul 10.00 WIB, Matahari siang menyisakan senyum ceria saat sinarnya memancar di hari pertama dari 5 hari kerja dalam seminggu dalam bulan kedua tahun 2023, tatkala Supriadi keluar dari pintu rumahnya dengan penampilan busana sederhana. Walaupun ia baru saja mandi siang, menggunakan air tanah jernih dari sumur bor yang memang daerah tempat tinggalnya cukup dikenal dengan kualitas air yang bagus, bahkan telah sesuai dengan baku mutu kesehatan, karena beberapa warga bermata pencaharian dari menjual air tanah tersebut untuk konsumsi masyarakat Dumai, penampilannya terlihat biasa saja. Cukup dikenal, warga yang menjual air tanah sumur bor di situ memang memiliki sertifikat air tanah layak konsumsi dari UPT Laboratorium Kesehatan (Labkes) Dinas Kesehatan Pemko Dumai, sebagai jaminan mutu untuk mendongkrak nilai jual air mereka. Namun, walaupun siang itu, pria yang sehari-hari disapa Adi itu telah menyisir rambutnya dengan rapi, perpaduan busana sederhana, ditambah wajah datar, kulit hitam, seolah-olah semuanya itu gambaran dari seorang kepala rumah tangga pemalas, padahal, di dalam sanubarinya, terpatri semangat dan tanggung jawab yang menyala. Tekadnya yang bergelora hanya berjuang untuk mencari nafkah hari itu. Jiwa raganya sudah ia wakafkan untuk keluarga kecilnya.
Dengan kedua tangannya, dengan enteng ia mengangkat keranjang rotan dan mendudukkannya di jok belakang motor bututnya. Usai keranjang rotan itu diikat menggunakan potongan tali karet ban dalam motor, dengan sedikit tenaga saja ia pun mengengkol motor bebek 125 CC berplat nomor yang sudah mati pajak 2 tahun tersebut. Mesin motor pun dibiarkannya menyala, sebagai pemanasan. Adi kemudian duduk di kursi teras rumahnya, sambil menghisap sebatang rokok ditemani secangkir kopi hitam di atas meja. Sepiring nasi goreng hangat masakan istri tercinta pun ia santap. Beberapa sendok nasi goreng, sedikit dadar telur, dan sambal cabe merah menyatu dalam mulutnya ketika ia kunyah. Hanya beberapa sendok saja, sarapan pagi menjelang siang hari itu ludes disantapnya. Maklum, kemampuan uang belanja istrinya baru sebatas itu, sesuai rezeki yang telah ia dapatkan pada hari Sabtu lalu dan ia setor kepada istri tercinta. Baginya, energi dari secuil nasi goreng pagi itu sudah mampu membakar kalori di tubuhnya untuk ia beraktivitas hingga sore bahkan pulang kembali ke rumah pada malam hari.
Lebih kurang 10 menit kemudian, Adi pun bangkit dari kursinya, bersiap-siap memulai perjalanan panjangnya. Sang istri yang dari tadi duduk di kursi sebelah meja kayu itu pun berdiri juga sambil mengeluarkan 4 gepok uang pecahan lima ribu, sepuluh ribu, dua puluh ribu, dan lima puluh ribu dari tasnya lalu menyerahkannya kepada sang suami. Tak lupa rantang untuk bekal makan siang juga diserahkan sang istri. “Hati-hati ya Bang. Semoga hari ini rezeki kita melimpah ya Bang. Doa adik menyertai Abang,” ucap sang istri lirih sambil mencium punggung tangan kanan Adi. Pria berbadan tegap itu pun membalas dengan mencium kening si istri. “Doakan Abang ya Dik. Jaga anak kita ya. Tunggu Abang pulang bawa rezeki banyak ya Dik,” balas Adi.
Deru mesin motor terdengar nyaring sebagai pemanasan terakhir, dilanjutkan putaran roda di atas jalan tanah merah. Lambaian tangan sang istri melambai gemulai, melepas Adi berangkat dengan semangat penuh pengharapan, berharap hari itu doa istrinya termakbul. Berharap ada rezeki menanti di tempat ia berhenti nantinya. Stang motor pun diarahkan ke arah utara mata angin, ke arah Jalan Tuanku Tambusai, kemudian belok ke kanan yang ujung jalan keluarnya nanti tembus ke Jalan Raya Soekarno-Hatta. Begitulah gambaran awal keseharian Supriadi alias Adi memulai aktivitasnya, seorang pemulung sampah plastik, beralamat di Jalan Inpres 1 RT.11 Kelurahan Bagan Besar Kecamatan Bukit Kapur. Rutinitas ini telah dilakukannya sejak Maret 2023 lalu. Mengais rezeki dengan mengutip sampah plastik dari beberapa pasar tradisional yang tersebar di beberapa sudut Kota Dumai.
Berkendara beberapa menit, ia telah sampai di sebuah pasar tradisional swasta pertama bernama “Pasar Pagi Bundaran” di Kelurahan Bukit Batrem Kecamatan Dumai Timur, tepatnya di Jalan Arifin Ahmad. Motor bututnya ia bawa ke bagian belakang pasar. Setelah diparkir, dua karung plastik dari beberapa karung plastik yang ia bawa dibawa olehnya, menuju tumpukan sampah yang berada di belakang pasar itu. Tangkai logam bekas gagang rol cat merupakan senjatanya saat mengorek tumpukan sampah yang terletak di belakang pasar. Jari kiri dan kanan terbungkus sarung tangan kumal bergantian bergerak cekatan mengayunkan senjata pamungkasnya itu. Bila tangan yang satu mengayunkan tongkat logam bergagang plastik sepanjang satu meter itu mengorek tumpukan, maka tangan yang satu akan bertindak sebagai pengutip atau pengumpul sampah plastik yang telah ditarik tangkai itu.
Lebih kurang satu setengah jam ia berkutat dengan bau dan ragam limbah atau kotoran yang menyatu dengan plastik. Adi berjalan ke sudut tumpukan itu. Di sana ia berhenti sejenak. Pantatnya disandarkan di atas bongkahan batu bata yang terletak di bawah sebatang pohon petai cina (Leucaena leucocephala). Sambil menghela napas, selembar kardus kumuh ia pakai mengipas lehernya. Tampak butiran keringat seukuran biji jagung keluar dari pori-pori kulit hitam legamnya. Di sini ia bukan untuk beristirahat, tapi lanjut memilah lagi lembaran plastik dari dalam karung plastik tadi. Pekerjaannya kali ini adalah memastikan kotoran atau limbah yang lengket di lembaran plastik terlepas, sehingga lembaran plastik bersih seadanya saja. Kalaupun tidak sebersih seperti baru, paling tidak lembaran plastik mempermudah mesin pembersih membilas plastik nantinya di kolam pembersihan di gudang rumahnya.
Pekerjaan hari itu tuntas ditunaikan oleh Adi. Ternyata doa istri tercinta di awal tadi sungguh ampuh. Gambaran banyak uang sudah tergambar di benaknya. Lembaran plastik memenuhi keranjang rotan menandakan banyaknya lembaran uang yang akan ia terima dari penjualan kembali lembaran plastik itu nantinya. Malam hari itu ia bisa beristirahat dengan tenang tanpa banyak beban karena ada gambaran pemasukan yang akan ia dapatkan. Setelah menemani ketiga anaknya bercanda dan menuntun anak pertamanya yang kelas 1 SD mengerjakan PR sekolah hingga pukul 20.00 WIB, mereka sekeluarga pun masuk ke kamar. Mereka pun tidur dengan pulas.
Keesokan paginya, hanya satu jam saja setelah matahari terbit, sekitar pukul 07.00 WIB, Adi sudah duduk di meja teras rumahnya, tempat ia semalam duduki sebelum berangkat memulung. Dari penampilannya tampak bahwa kali ini ia belum mandi pagi. Hanya wajah, tangan, dan kaki yang terlihat baru dibasuh air. Ternyata subuh tadi Adi menunaikan tugasnya sebagai seorang Muslim, yaitu sholat subuh. Momen itu Adi menyampaikan syukur kepada Allah yang memberi rezeki, kesehatan, dan perlindungan kepada dirinya dan keluarganya kemarin. Di meja hanya ada segelas air putih hangat dan istrinya yang tetap duduk setia di salah satu dari dua kursi di situ, menemani Adi. Lalu, ia menghisap sebatang rokok. Energi baru itu pun mengalir ke dalam tubuhnya.
Setelah basa-basi bercerita dengan istrinya sekitar 30 menit, Adi kembali masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian kerja, pakaian yang tampak sedikit hitam belepotan oli. Keluar dari kamar, ia kemudian bergerak ke samping kiri rumahnya, masih di dalam rumah. Dari dalam rumah itu, terlebih dahulu Adi membuka sebuah gembok besar yang terpasang di kait lembaran papan pintu, selanjutnya Adi membuka lembaran papan pintu yang posisinya berdiri satu persatu hingga semuanya terlepas dari posisinya. Selanjutnya lembaran papan itu ia tumpuk di sebelah luar dinding bangunan ruangan itu. Setelah lembaran papan itu semuanya terlepas, tampaklah isi sebenarnya di dalam ruangan itu. Apa itu sebenarnya? Inilah yang membedakan kegiatannya di awal pagi kali ini. Ternyata di pagi hari, Adi berprofesi sebagai montir motor atau mekanik motor.
Lebar ruangan itu setelah lembaran papan pintu dibuka adalah 3 meter. Peralatan kerja bengkel, komponen mesin motor, dan beberapa motor tersusun rapi di dalam ruangan itu. Panjang ruangan bengkel itu sendiri 5 meter ke belakang. Ruangan bengkel dan rumah menyatu dalam satu bangunan rumah utuh. Lurus di depan ruangan itu ada teras dengan lantai tanah berwarna hitam seperti terkena tumpahan oli, seluas 9 m², yang berkanopi dan menyambung dengan atap bengkel. Lantai tanah berwarna hitam menandakan adanya aktivitas perbengkelan motor di situ. Bengkel itu sendiri tidak memiliki papan nama.
Adapun konsumen atau pelanggan bengkelnya adalah beberapa warga tetangga yang ada di sekitarnya. Karena jumlah tetangga sekitar terbatas, sebab jarak rumah Adi dengan tetangga cukup jauh, maka konsumen atau pelanggan bengkelnya pun otomatis terbatas juga. Maklum, daerah tempat tinggal Adi boleh dibilang jauh dari permukiman padat penduduk, alias daerah pinggiran kota. Sekitar rumahnya diisi tanaman kebun dan semak belukar. Itu sebabnya aktivitas perbengkelan ia kerjakan hanya dengan waktu terbatas. Kemudian, pada pukul 10.00 WIB, Adi akan masuk ke gudang tempat ia membersihkan lembaran plastik di belakang rumahnya.
Dan, benar, setelah melayani 3 motor pelanggan melakukan servis ringan mesin, 45 menit sebelum pukul 10.00 WIB, Adi masuk ke kamar mandi. Usai mandi, masih dengan pakaian kerja bengkel yang tadi, barulah Adi ke gudang yang berada di belakang rumahnya. Di sinilah pekerjaan utamanya mengolah lembaran plastik hasil dari memulung semalam dimulai. Bengkel masih tetap ia biarkan terbuka. Nantinya, saat ia bekerja di dalam gudang itu, jika ada pelanggan yang butuh jasanya untuk memperbaiki motor, Adi akan tetap bersedia melayani.
Di belakang gudang, semua lembaran plastik ia keluarkan dari dalam karung. Selanjutnya, satu persatu ia cuci menggunakan deterjen bercampur air di dalam drum plastik kapasitas 200 liter, namun air hanya memenuhi 3/4 dari drum itu. Setelah lembaran plastik tadi ia pastikan bersih, tak bernoda, dan tak berminyak, maka ia bilas di dalam bak ukuran 1,5 m kali 3 m, berisi air bersih. Selang air ukuran 1 inci terikat di bibir bak semen itu sambil mengeluarkan air dari sumur bor, untuk memastikan bahwa air di dalam bak itu tidak berkurang dan air di dalam bak tetap bersirkulasi. Untuk kedua pekerjaan ini, Adi melakukannya masih dengan cara manual, alias menggunakan tangan.
Setelah semua lembaran plastik ia cuci, selanjutnya ia jemur dengan cara digantung di tali tambang nilon yang terbentang di antara dua tiang. Ada beberapa tali jemuran terbentang di samping gudang. Tujuan penjemuran adalah untuk memastikan air sisa pembilasan yang menempel pada plastik tadi benar-benar tiris. Usai melakukan penjemuran, Adi beristirahat. Makan siang masakan istri sudah menantinya di ruang tamu dalam rumah. Gulai ikan selais campur daun pucuk singkong merupakan makanan favoritnya.
Setiap 3 jam, lembaran plastik tadi akan dibalik. Jika cuaca cerah, penjemuran akan dilakukan selama 2 hari. Namun, jika hujan, maka akan merepotkan baginya. Adi akan bolak-balik melepas lembaran plastik yang terjemur tadi dan akan menjemurnya kembali jika cuaca kembali cerah. Usai beristirahat, selanjutnya Adi kembali bekerja, tapi kali ini ia menjemur lembaran plastik yang beberapa hari sebelumnya tidak kering dijemur di tali jemuran tadi. Lembaran plastik itu ia jemur di tanah lapang milik tetangganya yang ada di seberang jalan. Terlebih dahulu ia membentang terpal di tanah lapang itu, selanjutnya lembaran plastik itu dijemur di atas terpal itu. Di sini lembaran plastik itu akan dijemur dengan mengeluarkan lipatan-lipatan yang masih basah atau lembab. Pekerjaan ini akan berulangkali ia lakukan selang sejam, guna memastikan lembaran plastik benar-benar kering. Karena pengeringan lembaran plastik di sini adalah proses terakhir.
Selanjutnya, ia kembali ke dalam gudang, lembaran plastik yang telah benar-benar kering hasil penjemuran di tanah lapang beberapa hari sebelumnya, akan ia kemas. Pengemasan ia lakukan dengan cara puluhan lembar plastik yang telah kering ia masukkan ke dalam alat pres. Alat pres berupa sebuah kotak papan berukuran 1 m kali 1 m kali 1 m. Di sini, lembaran plastik bukan sembarangan dimasukkan, namun harus disusun rapi, agar saat dipress nantinya, meminimalisir adanya ruang kosong. Lembaran plastik yang telah berada di dalam kotak itu selanjutnya ditekan menggunakan plat besi dengan ketebalan 1 inci dan di atas plat diletakkan beban, berupa batu besar. Untuk kondisi ini, Adi akan biarkan sampai ke esok hari. Nantinya, lembaran plastik yang telah padat itu ia keluarkan dengan perlahan, sambil diikat dengan tali nilon yang memang telah tersedia di dalam bak papan tadi. Beberapa tali membentang dari sisi atas dalam dinding bak, terus ke dasar bak, selanjutnya naik ke atas sisi dinding yang di depannya, di mana masing-masing ujung tali dibiarkan berlebih sepanjang 30 cm, agar saat mengikat ball plastik yang akan dikeluarkan nanti, ujung tali itu bisa dipegang untuk ditarik, sehingga sambil ball dikeluarkan perlahan, bersamaan dengan pengikatan dari atas ke bawah, begitu pula dari keempat sisinya. Berat ball plastik setelah dipress dan diikat sekitar 70 kg. Nah, ini artinya ball plastik sudah siap untuk dikirim ke 2 pabrik yang siap menampung di Medan.
Adapun pengiriman dilakukan dengan cara menyewa satu unit truk colt diesel. Bal plastik akan tiba di Medan keesokan paginya jika mobil berangkat sore hari. Waktu tempuh truk adalah sekitar 12 jam perjalanan. Untuk memindahkan bal plastik dari gudang ke dalam bak truk, Adi dibantu oleh 3 orang pekerja. Adi juga turut serta bekerja memindahkan bal plastik, sehingga total ada 4 orang yang terlibat dalam pemindahan bal. Kapasitas bak truk adalah 16 sampai 20 bal, tergantung jenis truk yang disewa Adi. Waktu pengisian bak truk sekitar 3 jam.
Usai pekerjaan ini selesai, Adi akan langsung membayar upah kerja ketiga orang tersebut. Begitu pula upah sewa truk akan ia bayar lunas. Belakangan, setelah volume pengiriman semakin banyak dan menggunakan lebih dari satu unit truk, bahkan bisa sampai 4 truk, pembayaran bisa dilakukan dengan cara membayar setengah dari nilai total. Ini berkat kepercayaan kedua pihak yang menjalankan bisnis dengan prinsip simbiosis mutualisme. Bila bal telah tiba di pabrik yang berada di Kawasan Industri Medan (KIM) dan kualitas serta spesifikasi bal telah memenuhi syarat, maka perusahaan tersebut langsung mentransfer uang sesuai nilai yang telah disepakati antara Adi dan perusahaan per balnya.
Karena di pabrik ada begitu banyak truk yang antri untuk bongkar muatan, waktu tunggu mulai dari truk masuk antrian hingga uang ditransfer bisa 2 atau 3 hari, tergantung banyak tidaknya antrian. Sebab, pabrik menampung kiriman bal plastik dari Provinsi Aceh, Sumut, Riau, Sumbar, bahkan Jambi. Jika dihitung mulai dari waktu tempuh truk selama 12 jam hingga uang penjualan bal plastik masuk ke rekening, Adi akan menunggu sekitar 3,5 hari.
Sementara itu, sambil Adi menunggu pencairan uang penjualan bal plastik tersebut, Adi kembali akan menjalani siklus rutin memulung lagi. Hanya saja, karena Adi sudah rutin memulung di pasar-pasar tempat ia kunjungi sebelumnya, Adi mempersingkat siklus pemungutan lembaran plastik itu. Di setiap tempat yang telah disebutkan sebelumnya, Adi merangkul seseorang untuk bekerjasama sebagai perpanjangan tangannya. Orang tersebut akan diberi tugas mengumpul lembaran plastik dan akan Adi kutip dengan kondisi lembaran plastik bersih seadanya.
Perhitungan nilai rupiah adalah per kilogram, sesuai kesepakatan kedua pihak, antara Adi dan orang tersebut. Penjemputan lembaran plastik akan dilakukan Adi bila ia menerima pemberitahuan lewat chat WA atau telepon. Selain di ketiga pasar yang disebutkan di awal cerita tadi, Dumai juga memiliki pasar lainnya, misalnya Pasar Senggol di Kelurahan Teluk Binjai Jalan Sudirman Kecamatan Dumai Timur, Pasar Kelakap Tujuh Jalan Kelakap Tujuh Kelurahan STDI Kecamatan Dumai Barat, Pasar Nerbit Kecil di Kelurahan Lubuk Gaung Kecamatan Sungai Sembilan, Pasar Pematang Duku di Kelurahan Tanjung Penyembal Kecamatan Sungai Sembilan, Pasar Sabtu di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medang Kampai, dan Pasar Minggu di Kelurahan Bukit Kayu Kapur Kecamatan Bukit Kapur.
Oleh karena itu, Adi akan fokus memulung di pemukiman warga, dari rumah ke rumah. Kembali ke saat Adi dan ketiga pekerja yang membantunya. Setelah truk selesai dimuat di sore itu dan semua pembayaran telah selesai dilakukan, maka ia pun berkemas kembali. Adi pun bersiap-siap menutup bengkelnya. Peralatan kerja dibersihkan dan disusun rapi kembali. Suku cadang atau komponen bekas sisa pekerjaannya tadi dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tong sampah.
Kali ini tidak ada material logam bekas yang bisa dikumpulkan. Artinya, komponen bekas tersebut tidak memiliki nilai jual. Lembaran pintu papan yang tadi dijejerkan di sebelah luar dinding bengkel, kembali dipasang dari sebelah dalam. Setelah terpasang seperti semula, tertutup rapi, dan digembok, Adi pun menuju kamar mandi.
Menurut Adi, lembaran plastik yang telah diolah di pabrik tadi akan didaur ulang menjadi bahan baku baru untuk membuat produk lain. “Tentunya ini akan mengurangi limbah dan mendukung keberlanjutan lingkungan,” ujar Adi, Senin (13/10/2025) saat ditemui di gudangnya. Diterangkan Adi, awal mulanya ia memulai usaha tersebut, sebenarnya istri dan keluarga dari pihak istri maupun dari pihak ia sendiri cukup menentang.
“Istri saya sempat merajuk beberapa kali, apa lagi saat itu perputaran uangnya lambat. Sebab, karena baru merintis, tentunya volume bal plastik yang ia kirim sedikit, tentunya untuk jumlah bal cukup lama untuk bisa memenuhi bak truk rental. Tapi semua rintangan itu saya bawa sabar dan doa saja,” lagi kata Adi.
Menurutnya, paling tidak, penghasilan dari ber bengkel, walaupun itu juga minim, bisa menutup pengeluarannya sehari-hari, terutama untuk uang belanja sang istri. “Dan berkat ketekon itu, akhirnya omset saya bertambah. Kalau di awalnya saya menggunakan motor bebek untuk mengutip, selanjutnya saya motor itu saya jadikan becak motor. Ini mempermudah pekerjaan dan memperbanyak volume muatan plastik. Bahkan saya bisa mempekerjakan 3 orang pekerja tetap di gudang saya,” ujar Adi.
Bahkan, sesuai nama aslinya Supriadi, ia pun berani memasang plang nama unit usahanya tersebut dengan nama “Bank Sampah (BS) Adi Plas”. RT.11 Bagan Besar Ketua RT. 11 Mursyid pun boleh berbangga jika ada warga yang mau peduli dengan lingkungan. “Tentunya, saya berbangga dengan BS Adi Plas ini. Usaha ini berdampak baik bagi lingkungan. Saya salut dengan Supriadi ini,” ungkap Mursyid, saat ditemui di kantor kelurahan, Kamis (16/10).
Kabar kepedulian Adi terhadap lingkungan dengan mengumpulkan plastik bekas akhirnya sampai ke telinga manajemen BUMN, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Dan, baru saja setahun lebih Adi memulai usaha memulung, PT PHR memberikan bantuan 1 unit mesin pengering plastik pada akhir tahun 2023. Dengan mesin itu, tentu pekerjaan menjadi lebih mudah. PHR juga membuat program Workshop Produk Hilir dan Inovasi Bank Sampah yang dilaksanakan pada Senin, 25 November 2024 di Bank Sampah Adi Plas.
Workshop diikuti oleh pelaku bank sampah dari Bengkalis, Rohil, Rohul, dan Siak. Workshop dilaksanakan dengan menggandeng Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) Pekanbaru. Sesuai arahan Ketua LPPM UMRI Aidil Haris saat itu, bahwa ada banyak cara yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengatasi persoalan sampah. Salah satunya adalah dengan mengelola sampah dengan benar sehingga dapat menghasilkan perputaran ekonomi.
“Hal ini menandakan bahwa jika sampah dikelola dengan baik maka akan memberikan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, perlu langkah-langkah kreatif dan inovatif untuk mengubah sampah, khususnya sampah plastik, menjadi produk yang bernilai tinggi secara ekonomi,” kata Ketua Aidil Haris saat dimintai tanggapan oleh jurnalis via chat WA pada Senin, 20 Oktober.
PT PHR juga menghadirkan Bambang F. Wibowo dari Medan, sebagai narasumber yang membawa materi workshop “Tata Kelola Bank Sampah dan Strategi Menghasilkan Produk Hilir Sebagai Langkah Inovatif Bank Sampah.” Bambang F. Wibowo adalah seorang pejuang literasi dari Medan yang mendirikan Rumah Pintar Yayasan Fajar Sejahtera Indonesia (Yafsi) di Medan. Ia memiliki latar belakang sebagai pekerja sosial dan pernah hidup di jalanan saat kecil. Pengalaman itu memotivasinya untuk memberdayakan anak-anak dan perempuan di Kota Medan melalui pendidikan literasi.
Kepala Bagian Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT PHR, Panji Gumilang, mengatakan melalui Humas PT PHR bahwa workshop pada hari itu merupakan bentuk kepedulian perusahaan hulu migas terhadap masyarakat yang memiliki kemampuan memanfaatkan sesuatu menjadi bernilai ekonomis. “Itulah sebabnya, kami menggandeng UMRI dan Bambang F. Wibowo sebagai narasumber. Harapan kami, lewat ilmu yang diberikan bisa jadi bekal dan diterapkan oleh para pelaku bank sampah,” ujar Panji Gumilang via chat WA.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada LPPM UMRI dan PT PHR yang telah membantu melakukan workshop Produk Hilir dan Inovasi Bank Sampah. Harapan saya, kegiatan workshop bisa lebih intens dilakukan melalui pendampingan langsung di lapangan agar aktivitas menghasilkan produk bisa lebih berinovasi dan bisa terarah,” ungkap Adi.
Sebelumnya, pada 2-28 Oktober 2024, PT PHR telah membangun kanopi dengan ukuran 8 meter x 6 meter menyatu dengan dinding samping gudangnya. Pembangunan kanopi bertujuan untuk memberikan kenyamanan dalam penataan sampah plastik bagi BS Adi Plas dalam mengepul, mengeringkan, dan mengelola sampah plastik. “Alhamdulillah, setelah adanya kanopi, aktivitas BS Adi Plas sejak saat itu lebih tertata rapi dan proses pengepulan, pengeringan, dan press lembaran plastik terasa lebih nyaman,” kata Adi.
Mundur ke belakang, tepatnya pada Jumat, 7 Juni 2024, LPPM UMRI telah mengadakan Sosialisasi Pengelolaan Bank Sampah dan Penanaman Pohon di BS Adi Plas dengan peserta warga masyarakat lingkungan tempat tinggal Supriadi, Bhabinkamtibmas, dan Babinsa Bagan Besar. Sosialisasi bertujuan untuk mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah. Perubahan perilaku dapat dibentuk secara bertahap melalui aktivitas bank sampah.
Selain itu, tujuan dilakukannya sosialisasi adalah untuk memberikan edukasi kepada pengelola bank sampah dan masyarakat di lingkungan bank sampah tentang pentingnya lingkungan yang sehat dan rapi. Kemudian juga bertujuan membantu menangani pengelolaan bank sampah serta mengajak masyarakat agar mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah. Kegiatan sosialisasi menghadirkan narasumber Guru Biologi SMAN 8 Pekanbaru, Ibu Syafrina, (tautan tidak tersedia), selaku penggiat bank sampah. Di sela-sela kegiatan sosialisasi juga dilakukan penanaman pohon.
Dengan banyaknya kegiatan yang telah diadakan di BS Adi Plas, menandakan usaha BS Adi Plas selalu mendapat sorotan dan dukungan dari dunia pendidikan dan BUMN. Dan sejak akhir tahun 2024, akhirnya Adi sudah bisa memiliki 2 unit truk colt diesel dan 1 unit mobil pickup, walaupun ketiga unit adalah kendaraan bekas. Ia tetap mensyukuri nikmat yang telah diterimanya. Kesuksesannya itu diakui Adi berkat ia menerapkan ilmu yang didapatnya dari mengikuti workshop yang diadakan PHR.
Pemerintah Ketua Tim Pembina Posyandu Kota Dumai, Leni Ramaini Paisal, istri dari Wali Kota Dumai H. Paisal, SKM., MARS., resmi melantik dan mengukuhkan Pengurus Bank Sampah Induk (BSI) dan Bank Sampah Unit (BSU) se-Kota Dumai di Pendopo Sri Bunga Tanjung, Jalan Putri Tujuh, Kota Dumai, Jumat, 12 September 2025. Sebanyak 7 Bank Sampah Induk (BSI) tingkat kecamatan dan 36 Bank Sampah Unit (BSU) tingkat kelurahan dikukuhkan dalam kegiatan tersebut. Acara turut dihadiri Kadis DLH Dumai, Kadinsos, Kadis Pendidikan, serta seluruh camat dan lurah se-Kota Dumai. Pelantikan mengusung tema “Dari Posyandu untuk Bumi: Pilah Sampah, Tabung Emas di Bank Sampah.”
Dalam sambutannya, Hj. Leni Ramaini menyampaikan apresiasi kepada seluruh pengurus yang baru dilantik dan menegaskan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya sekadar seremonial, melainkan pekerjaan nyata yang penuh tantangan. “Saya ucapkan selamat kepada pengurus yang baru saja dilantik. Ingat, ini bukan sekadar acara seremonial. Mengelola sampah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sampah bukan hanya masalah di kota, tapi persoalan bersama,” tegasnya.
Adi masuk dalam struktur pengurus BSI Kecamatan Bukit Kapur. Sebelumnya, di Kelurahan Bagan Besar, Adi dipercaya sebagai Ketua Bank Sampah periode tahun 2025-2030 berdasarkan SK Lurah Nomor 14 Tahun 2025 pada 15 Juli 2025 yang ditandatangani oleh Lurah Selamat Riadi, S.Sos. Dalam SK, lurah sebagai penanggung jawab, adapun sekretaris diamanahkan kepada Achrino, D.R., Bendahara Willa, Teller Eka Ramayani, serta Bidang Pemasaran Mira Astuti.
Itu sebabnya, lewat peranan kelurahan, BS Adi Plas akhirnya bisa mendapat pembinaan dari Pemko Dumai lewat Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Disampaikan oleh Kepala Bidang Kebersihan dan Pengelolaan Sampah DLH Kota Dumai, Putra Chandra, S.Pd., (tautan tidak tersedia), bahwa Kota Dumai menghasilkan sampah sebanyak 170 ton setiap harinya. Dari sebanyak itu, hanya 126 ton sampah yang sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mekar Sari di Jalan Sentosa Kelurahan Mekar Sari, Kecamatan Dumai Selatan, Kota Dumai. Artinya, sebanyak 44 ton sampah diambil dan dimanfaatkan oleh masyarakat, tergantung pada penggunaannya untuk apa. Nah, dari jumlah itu, Supriadi ikut berperan mengurangi volume sampah tersebut.
Saat ini Supriadi juga dipercaya sebagai wakil ketua Karang Taruna Kelurahan Bagan Besar periode 2025-2028. PT PHR sebagai bagian dari Subholding Upstream Pertamina, sepakat dengan tagline atau slogan yang digunakan oleh Pertamina untuk Tahun 2025, yaitu “Energizing Indonesia”. Dalam konteks ini, “Energizing Indonesia” berarti memberikan energi yang memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kualitas hidup, dan mendukung pembangunan negara. Pertamina menggunakan tagline ini untuk menunjukkan perannya sebagai salah satu pilar utama dalam menjaga ketahanan energi nasional dan mendukung kemajuan Indonesia.
Nah, PT PHR memandang BS Adi Plas sejalan dengan tagline tersebut. Keberadaan BS Adi Plas mampu menumbuhkan ekonomi, yaitu Adi Plas bisa merekrut orang lain untuk sama-sama mengangkat ekonomi keluarga dengan bekerja di BS Adi Plas.
Contohnya adalah 3 pekerja buruh dan 3 orang supir. BS Adi Plas juga mampu meningkatkan kualitas hidup, baik kehidupan pribadi Supriadi maupun pekerjanya. Ini pun juga sejalan dengan tagline “Energizing Indonesia”. BS Adi Plas secara tak langsung mendukung pembangunan negara dengan mendaur ulang sampah plastik. Ketiga hal ini yang membuat PT PHR ingin terlibat di BS Adi Plas.
Dengan usaha BS Adi Plas tersebut, disampaikan Supriadi kepada jurnalis, sesuai informasi yang didapatkannya dari pabrik pengolah plastik tersebut, bahwa hasil pengolahan plastik tersebut akan jadi bahan baku yang akan dikirim lagi ke pabrik lainnya sesuai permintaan pabrik pemesan.
Adapun bahan baku tersebut akan dijadikan untuk membuat berbagai produk, seperti:
– Papan nama: Untuk keperluan promosi atau informasi.
– Kemasan: Untuk mengemas produk-produk tertentu.
– Komponen otomotif: Bagian-bagian kendaraan yang tidak memerlukan kekuatan tinggi.
– Produk dekoratif: Untuk hiasan atau dekorasi interior.
– Penggunaan lain: Tergantung pada jenis plastik dan kondisi lembaran, mungkin ada penggunaan lain seperti untuk proyek kerajinan tangan atau sebagai bahan bangunan. Pabrik dapat memilih metode pengolahan yang paling sesuai berdasarkan jenis plastik, kualitas bahan, dan permintaan pasar.
Istri
Sang istri Adi tetap setia di dalam suka dan duka dalam menjalani kehidupan. Ia tidak menampik bagaimana awal mulanya ia menolak Adi memulung sampah plastik itu. “Saya marah. Saya tak setuju, apalagi di awal-awal, penghasilan dari memulung itu tidak ada. Tapi lama-lama saya mengakui bagaimana suami saya tetap sabar dan tekun menjalani profesinya. Apalagi sekarang hasilnya sudah mulai nampak. Ya, Alhamdulillah. Sebagai istri yang banyak kekurangan, di kesempatan ini saya minta maaf kepada suami saya,” ungkap sang istri, menangis sambil memeluk Supriadi. Seketika, suasana dipenuhi rasa cinta dan haru.
Ditanya bagaimana awal mulanya Adi tertarik mengepul sampah plastik, ternyata ada tiga prinsip di dalam hidupnya. “Hidup harus bermanfaat bagi orang lain, kita harus menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, dan kita harus mampu berguna bagi lingkungan,” pungkas Supriadi menutup wawancara.
Agaknya prinsip hidup Supriadi itu juga sejalan dengan konsep ‘Energizing Indonesia’. Inilah sekelumit kisah seorang pemulung mengambil peluang dari yang terbuang.














