Dumai, [Gaperta.id] – Meskipun dikenal sebagai kota industri, Dumai memiliki potensi pertanian yang cukup besar, salah satunya adalah tanaman sorgum. Tanaman serelia ini, yang memiliki kemiripan dengan jagung, dianggap sebagai alternatif pangan sehat karena indeks glikemiknya yang lebih rendah dibandingkan beras. Bahkan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan bahwa sorgum memiliki potensi besar untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Melihat potensi ini, Subholding Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Kilang Dumai melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) telah menginisiasi Program Pertanian Hortikultura dan Sorgum sejak tahun 2022. Program ini dilaksanakan di lahan gambut bekas kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) seluas 2 hektar, sebagai wujud komitmen perusahaan dalam berkontribusi terhadap persoalan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
“Program ini kami jalankan bersama masyarakat Kelurahan Tanjung Palas, yang tergabung dalam Kelompok Alam Tani dengan ketua Pak Maiyudi,” ujar Agustiawan, Area Manager Communication, Relations, & CSR PT KPI Kilang Dumai, pada Selasa (4/2) di Dumai.
Agustiawan menceritakan bahwa sebelum beralih ke tanaman sorgum, para petani setempat sebelumnya menanam kelapa sawit. Namun, mereka menghadapi berbagai kendala, mulai dari perawatan yang tidak selalu berjalan lancar hingga lahan yang sering menjadi korban kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terutama pada musim kemarau. Melihat tantangan tersebut, Maiyudi, yang akrab disapa “Pak Rudi”, memutuskan untuk kembali menjadi petani hortikultura dan mencoba peruntungannya dengan menanam sorgum.
Pada panen perdana, kelompok ini berhasil memanen lebih dari 2 ton biji sorgum dan memperoleh pendapatan lebih dari Rp 30 juta, berkat transfer ilmu, pelatihan, dan pendampingan yang diberikan oleh Kilang Pertamina Dumai.
Dalam tiga tahun terakhir, program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT KPI Kilang Dumai ini telah berhasil meningkatkan pendapatan Kelompok Alam Tani sebesar 220%, dari Rp 2 juta per bulan menjadi Rp 7 juta per bulan. Hasil panen sorgum ini telah dinikmati oleh masyarakat sekitar, termasuk penderita diabetes, sebagai alternatif pangan sehat.
Selain sebagai pengganti nasi, hasil panen sorgum dari Kelompok Alam Tani Kilang Pertamina Dumai juga telah berhasil diolah menjadi berbagai produk makanan sehat dan lezat, seperti biskuit dan brownies. Produk-produk ini dibuat oleh Kader Posyandu Kelompok Sehati, sebuah kelompok pemberdayaan perempuan binaan PT KPI Kilang Dumai yang berasal dari Kelurahan Tanjung Palas dan Kelurahan Jaya Mukti. Kelompok ini berfokus pada program penurunan stunting di Kecamatan Dumai Timur.
Berkat keberhasilan Kelompok Sehati, pada tahun 2025 ini PT KPI Kilang Dumai mendorong peningkatan kapasitas Kelompok Alam Tani agar dapat mengolah hasil panen sorgum secara mandiri dengan menciptakan berbagai produk turunan lainnya. Upaya ini diwujudkan melalui Pelatihan Diversifikasi Produk Sorgum, yang berfokus pada pembuatan mi dan spageti berbahan dasar sorgum. Pelatihan ini dipandu secara daring oleh Yudith Sriwulandari, seorang pegiat sorgum di Indonesia sekaligus Ketua Koperasi Sorghum Nusantara.
“Pelatihan telah kami selenggarakan pada akhir Januari lalu di Rumah BUMN Dumai dan dilanjutkan di Sekretariat Kelompok Alam Tani. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas serta kemandirian petani dalam mengolah hasil panen, sekaligus memberikan nilai tambah bagi kelompok,” ujar Agustiawan.
*Pelatihan Diversifikasi Produk Sorgum dan Hasilnya*
Selain memberikan edukasi tentang sorgum dalam berbagai forum kegiatan, Ketua Koperasi Sorghum Nusantara, Yudith Sriwulandari, juga aktif memperkenalkan sorgum dan produk olahannya melalui kanal media sosial pribadinya.
Dalam pelatihan ini, Yudith, selaku mentor dalam pembuatan mi dan spageti berbahan sorgum, membimbing ibu-ibu Kelompok Alam Tani mulai dari persiapan bahan dan peralatan hingga teknik khusus dalam mengadon adonan mi sorgum agar menghasilkan produk yang berkualitas.
“Bahan yang perlu disiapkan antara lain tepung tapioka, tepung sorgum, telur, air panas dan minyak goreng. Setelah bahan kering dicampur dengan telur, kemudian disiram dengan air panas lalu kita uleni. Ketika menguleninya, ini perlu diperhatikan, tekniknya seperti gerakan kita mencuci pakaian dan dilakukan sebanyak 20 kali,” jelas Yudith.
Untuk melengkapi cita rasa khas kuliner Italia tersebut, Yudith juga membagikan cara membuat saus Bolognese yang lezat kepada para peserta. “Untuk sausnya, sesuai yang sudah saya infokan perlu tomat, pasta tomat, garam, dan daging giling, kalau mau diganti ayam juga boleh,” sambungnya.
Area Manager Communication, Relations, & CSR PT KPI Kilang Dumai, Agustiawan, menyampaikan bahwa ibu-ibu Kelompok Alam Tani menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam pelatihan pembuatan mi sorgum. Menurutnya, pelatihan ini sangat menarik karena memberikan keterampilan baru yang dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil panen sorgum mereka.
“Pelatihan yang dilaksanakan pada 23 Januari lalu, Alhamdulillah, mendapat respon positif. Bagi mereka, ini adalah hal yang tidak terbayangkan sebelumnya bahwa sorgum dapat diolah menjadi mi. Apalagi, mi merupakan salah satu makanan yang sangat digemari oleh masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa pada sesi pelatihan pertama, peserta Pelatihan Diversifikasi Sorgum telah berhasil membuat mi sorgum. Namun, dari segi ukuran, hasilnya masih belum sempurna dan perlu beberapa penyesuaian untuk mencapai standar yang diinginkan.
“Dari hasil pelatihan dan percobaan pertama yang dilakukan di hari yang sama, mi yang dihasilkan sudah baik dan sukses. Namun, dari segi ukuran masih bervariasi—ada yang sesuai seperti mi spageti, tetapi ada juga yang lebih tebal menyerupai udon, mi khas Jepang. Kami sangat mengapresiasi antusiasme dan usaha ibu-ibu dalam belajar membuat mi sorgum ini,” ujar Agustiawan.
Menurutnya, perbedaan utama antara mi sorgum dan mi yang dibuat dari tepung terigu berbahan dasar gandum terletak pada rasa dan teksturnya. “Mi sorgum ini lebih sehat karena minim gluten. Dari segi rasa, ada sedikit sentuhan manis alami, dengan warna yang cenderung lebih gelap. Saat kami coba, teksturnya terasa kurang kenyal dan lebih mudah patah dibandingkan mi pada umumnya, serta sedikit kasar akibat bulir biji sorgum. Namun, hal ini tidak mengganggu kualitasnya. Kami juga memberikan tantangan kepada peserta untuk mencoba kembali membuatnya dengan penyempurnaan, dan selanjutnya akan kami promosikan terlebih dahulu di internal kami,” jelasnya.
Senada dengan hal tersebut, Khotimah bersama ibu-ibu Kelompok Alam Tani lainnya mengungkapkan kesan mereka setelah melihat dan mencicipi mi sorgum buatan sendiri. “Kalau dilihat, warnanya mirip dengan mi lethek dari Jawa. Untuk teksturnya, karena ini pertama kali kami membuatnya, memang terasa berbeda dari mi yang biasa kami konsumsi, karena lebih bertekstur. Mi dengan saus bolognese mungkin belum terlalu familiar bagi banyak orang, jadi ke depannya kami ingin mencoba mengolahnya menjadi mi ayam,” tuturnya.
Setelah sukses pada percobaan pertama, ibu-ibu Kelompok Alam Tani kembali mencoba membuat mi sorgum dengan resep yang berbeda dan menu baru pada Selasa (4/2).
Kelompok binaan PT KPI Kilang Dumai ini berhasil mengolah sorgum menjadi mi ayam serta lepat dengan isian kelapa dan gula merah, memperkaya variasi produk berbahan dasar sorgum yang lebih akrab dengan selera masyarakat.
Ke depan, PT KPI Kilang Dumai melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) akan terus berupaya meningkatkan kapasitas para petani serta mengembangkan program Kelompok Alam Tani. Salah satu fokus utama adalah diversifikasi hasil pertanian, yang bertujuan untuk menambah nilai ekonomi produk serta mendorong kemandirian masyarakat dalam mengelola hasil panen secara berkelanjutan.
Upaya ini merupakan wujud nyata komitmen Kilang Pertamina Dumai dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), diantaranya poin 1 (tanpa kemiskinan), poin 2 (tanpa kelaparan), poin 3 kehidupan sehat dan sejahtera, serta poin 8 (pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi). Selain itu, program ini juga selaras dengan implementasi nilai-nilai ESG (Environmental, Social, and Governance), yang menekankan keberlanjutan dalam aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik.