DUMAI, [Gaperta.id]
Kelompok (Pok) Palas Jaya, merupakan kelompok peternak budidaya ikan Kelurahan Tanjung Palas yang berhasil mengelola bantuan CSR dari PT KPI RU2 Dumai.
Keberhasilan Pok Palas Jaya ini diukur dari kemampuan Ketua Palas Jaya yaitu N Nazaruddin menghantar anaknya kuliah di Sidoarjo Jawa Timur.
Keberhasilan bermula dari tahun 2019, ketika Poktan Palas Jaya pertama kali berdiri. Setelah legalitas Palas Jaya lengkap, langkah pertama KPI RU2 Dumai, serahkan bantuan modal CSR Rp 65 juta, berdasar proposal pengajuan yang diterima dari Pok Palas Jaya.
Hasil kesepakatan 16 anggota Palas Jaya, modal tersebut digunakan membuat 12 petak kolam permanen ukuran 2 meter x 2,5 meter tinggi 80 cm dengan memanfaatkan lahan kosong, persis disamping rumah bendahara Pok Palas Jaya Ramli S. Ada juga pembuatan sumur bor sebagai sumber air bersih, pemasangan meteran listrik beserta instalasinya, beli pompa oksigen beserta peralatan pendukung, membeli mesin pembuat pelet dan beli bibit ikan lele sebanyak 12.000 ekor dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Dumai.
Setelah sarana dan prasarana pendukung lengkap, operasional pertama budidaya dimulai dengan menebar bibit lele, per petak kolam sebanyak 1.000 ekor.
Teknis kerja pembudidayaan yaitu, Ramli bersama Nazaruddin lakukan pemeliharaan dan perawatan bibit sampai panen.
“Cara ini kita sepakati bersama anggota, karena anggota ada kesibukan masing-masing. Ada yang bekerja, berjualan dan ragam kegiatan lain,” keterangan Nazaruddin.
Hasil panen akan dikurangi biaya pengeluaran selama periode pemeliharaan. Seperti biaya listrik, pembelian pakan dan lain sebagainya. Uang bersih yang tersisa itulah yang dibagi rata kesetiap anggota.
Sebagai sumber gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit, mesin pembuat pelet tadi difungsikan.
Cara membuat peletnya, 1 Kg pelet ditambah madu 2 sendok makan kemudian ditambah susu 2 sendok makan terakhir ditambah gula putih 2 sendok makan.
Hasil campuran kemudian diaduk dalam gelas selanjutnya diaduk bersama pelet kode kategori min 1.000 (khusus untuk bibit lele).
“Ini untuk mempercepat pertumbuhan bibit lele,” terang Ramli. Pakan diberikan 2 kali 1 hari
Dedak, ampas tahu dan kepala ikan teri/bilis di giling di mesin pembuat pakan bersama adukan pelet min 1.000 dan campuran madu tadi.
“Inilah yang membedakan rasa ikan lele kami dibanding lele lainnya dipasaran. Dengan olahan pakan seperti ini daging lele akan terasa manis dan enak setelah diolah jadi panganan,” kata Ketua Pok Palas Jaya, N Nazaruddin didampingi Bendahara Ramli S, ketika Jurnalis mengunjungi kolam budidaya, Senin (23/10/2023).
Dijabarkan Nazaruddin, berdasar penuturan pengepul (Pak Selamat) yang datang saat panen, lele produksi Pok Palas Jaya sangat laku dan diburu konsumen rumah tangga atau rumah makan ketika dijual.
Siklus panen lele itu sendiri akan berlangsung setiap 4 bulan. Sekali panen bisa menghasilkan ±1 ton. Rata-rata perkilogram terdiri dari 6-7 ekor lele dewasa.
“Dan sejak modal CSR kami terima, petugas dari Pertamina datang sekali seminggu lakukan monitoring terhadap kegiatan kami. Jadi, kami harus pertangungjawabkan secara tertulis setiap pengeluaran dan belanja barang. Bahkan hasil panen juga kami laporkan kepada petugas utusan Pertamina tersebut,” tambah Ramli S.
“Ohh ya Bang.. ilmu yang kami dapat membudidayakan lele ini berkat bimbingan Dinas Perikanan Kota Dumai sejak awal kami mulai,” ucap Nazaruddin, memuji dinas dimaksud.
Karena keberhasilan Pok Palas Jaya yang beralamat di Jl Bandes Kelurahan Tanjung Palas RT 02 ini mengelola bantuan CSR, PT KPI RU2 Dumai kemudian mengevaluasi secara keseluruhan.
Akhirnya bidang Commrel and CSR PT KPI RU2 Dumai putuskan, Pok Palas Jaya layak menerima suntikan bantuan lagi, tahap kedua.
Bantuan CSR kedua pun cair tahun 2020, juga sebesar Rp 65 juta. Bantuan kemudian dimanfaatkan membangun 12 petak kolam lagi, dengan ukuran sama.
Tapi, kali ini Pok Palas Jaya mencoba peruntungan dengan beternak belut.
Sebanyak 20 Kg bibit bibit belut dipesan. Dengan harga Rp 350 ribu/Kg berisi 120-150 ekor perkilo, bibit belut pun ditebar mengisi petak kolom.
Siklus panen setiap 4 bulan juga berlaku bagi belut pesanan dari Dinas Perikanan dan Kelautan tersebut. Periode pemberian pakan belut pun sama dengan lele, 2 kali sehari. Pagi dan sore.
Rata-rata perkolam berisi 2 Kg bibit belut atau 300 ekor.
Namun sayang, kali ini angan-angan Pok Palas Jaya menikmati uang penjualan dari pengepul pupus sudah, karena gagal panen.
Kegagalan budidaya dikarenakan anggota tak fahami teknik pemeliharaan.
“Seharusnya setiap kolam diisi jerami padi, batang pisang kepok dan kotoran lembu sebagai sumber makan belut. Selama ini kami cuma kasih pakan pelet produksi sendiri atau pelet yang dibeli. Jadi.. ini merupakan pembelajaran bagi kami,” ujar Ramli.
Diakui Nazaruddin dan Ramli, untuk budidaya belut tersebut, mereka belajar secara otodidak.
Kendala mendapatkan jerami jadi faktor penghambat kesuksesan Pok Palas Jaya.
“Sekarang kami sudah ada langganan tempat mendapatkan jerami, yaitu dari Kabupaten Rohil. Sesekali ada juga dari Kecamatan Sungai Sembilan, tapi dari sana jumlah jeraminya sedikit. Hanya bersifat tambahan saja,” tutur Ramli, yang juga merupakan Ketua RT 02 Kelurahan Tanjung Palas Kecamatan Dumai Timur ini.”
Pembesaran belut itu sendiri dimulai dengan cara merendam dan membusukkan jerami, batang pisang dan kotoran lembu terlebih dahulu selama 2 bulan.
Setelah benar-benar busuk barulah bibit belut dimasukkan ke kolam.
Sebelumnya, penyebab kegagalan panen adalah karena kebutuhan nutrisi bibit belut yang disuplai dari pelet pasaran, ulat magot dan anak ikan ternyata tidak sesuai dengan selera belut.
Hal ini dilakukan, ya.. karena itu tadi, terkendala ketersediaan jerami.
Namun kegagalan panen dimaksud Ramli dan Nazaruddin, bukanlah gagal panen total. Saat waktunya tiba, belut yang dituai tidak sama ukuran. Dengan kata lain, belut tersebut miliki ukuran berbeda-beda. Yang ukuran besar tetap masih layak dijual. Sekali panen, masih mampu menghasilkan ±2 ton.
Mengakalinya, 12 kolam tetap dipanen serentak, namun harus disortir dan dikelompokkan kembali ke kolam berdasar ukuran yang sama. Ini artinya, harus kerja ekstra, korban energi dan waktu.
“Terakhir dipanen 1,5 bulan lalu. Jadi, hingga sekarang, yang ukuran kecil dari sortiran panen terakhir masih dibiarkan tetap di kolam,” penjelasan lanjutan Ramli. “Kira-kira dua Minggu lagi baru bisa di panen,” ujarnya.
Karena, lele dan belutnya masih tetap ada yang bisa dipanen dan dijual serta siklus perputaran uang juga ada, pihak CSR KPI RU2 Dumai kembali setujui proposal pengajuan bantuan Poktan Palas Jaya tahap ketiga.
Tahun 2022, bantuan CSR tahap ketiga Rp 200 juta pun cair. Oleh Bagian CSR KPI RU2 Dumai, anggota Poktan Palas Jaya kemudian dibawa ke Kabupaten Kampar, dengan tujuan studi banding beternak kolam ikan air tawar.
Selain ikan-ikan ditolak hidup ke pengepul, ternyata para istri anggota Pok Palas Jaya juga diberdayakan. Daging lele diolah kemas para istri anggota jadi produk jadi dan setengah jadi. Ada berupa nugget. Ada pula berupa keripik lele kemasan setengah kilogram dan 1 Kg.
“Kalau produk nugget lele sudah di borong posyandu yang ada di Kelurahan Tanjung Palas setiap kali mereka beraktivitas. Nugget diberikan untuk konsumsi para ibu hamil dan menyusui, bayi dan balita sebagai tambahan nutrisi mereka,” penjelasan Nazaruddin tersenyum, sambil memperlihatkan kemasan produk dimaksud.
Lebih hebatnya lagi, nugget produksi Pok Palas Jaya telah mendapat sertifikat halal dari MUI Indonesia.
Nugget kemasan isi 26 potong dijual seharga Rp 25.000. Keripik lele kemasan setengah kilogram dibandrol Rp 30 ribu dan 1 Kg seharga Rp 60 ribu.
Selain itu, mereka juga membuat “mesin pembuat es batu” dan menambah satu lagi meteran listrik dengan kapasitas 3.500 Watt sebagai sumber daya.
Jadi, meteran listrik sebelumnya masih tetap dipertahankan untuk keperluan penerangan dan pompa oksigen.
“Mesin pembuat es batu” yang dimaksud disini adalah; 2 unit AC bertenaga 2 HP (PK) dimodifikasi hingga berfungsi seperti freezer, dengan penambahan pipa paralon, selang dan kotak fiber ukuran tertentu.
Kemampuan produksi mesin modifikasi tersebut bisa merubah air bersih layak minum ukuran kemasan plastik 1 Kg menjadi es batu sebanyak 40 bungkus per fiber hanya dalam waktu 7 jam.
Penjualan es batu produksi peralatan modifikasi tersebut dipergunakan sebagai biaya tambahan operasional Pok Palas Jaya tersebut. Es batu dijual seharga Rp 1.500/bungkus.
“Untuk tempat pemajangan nugget dan keripik lele, kita juga beli steling dan tenda, digunakan di halaman rumah saya,” ujar Ramli, sambil memperlihatkannya kepada Jurnalis.
Dengan tambahan CSR tersebut, Pok Palas Jaya menambah 25 kolam permanen ukuran sama seperti sebelumnya, lengkap dengan atap, kali ini di lahan di samping rumah Ketua Nazaruddin.
“Pengerjaannya secara gotong royong bersama anggota Pok Palas Jaya. Kolam tersebut diperuntukkan khusus pembesaran belut. Jadi setelah bibit berumur 2 bulan di 12 petak kolam tahapan kedua, selanjutnya dipindahkan ke kolam ini,” di terangkan Nazaruddin.
Sebagai sumber daya bagi 25 kolam, meteran listrik kapasitas 900 Watt juga ditambahkan.
“Nah.. sekarang kita sedang membangun dapur steril ukuran 3×5 mtr untuk pengolahan nugget dan keripik lele. Itu salah satu syarat yang diminta MUI untuk mendapat sertifikat halal bagi kripik lele,” kata Nazaruddin.
Diterangkan mereka, rencana Pok Palas Jaya kedepannya adalah membuat mesin pengolah pelet ukuran besar. “Saya bersama anak sudah melihat langsung bagaimana mesin pengolah pelet ukuran besar di Bagan Siapi-api mampu memproduksi 100 Kg pelet dalam 1 jam,” papar Ramli.
Diakui Nazaruddin dan Ramli, sejak mereka beralih profesi, dari nelayan tangkap laut menjadi peternak ikan kolam bantuan CSR KPI RU2 Dumai ini, mereka tetap bisa kumpul bersama keluarga sambil beraktivitas cari rejeki.
“Bahkan kewajiban kami sholat 5 waktu sebagai kaum muslim juga bisa ditunaikan. Jauh beda ketika kami jadi nelayan tangkap laut,” ujar Nazaruddin sambil matanya menerawang jauh ke langit biru.
Ia juga ceritakan nilai plus lainnya. Sekarang semua anggota Pok Palas Jaya bisa beraktivitas dengan resiko bahaya minim dibanding ketika melaut dari sore hingga subuh ke Selat Malaka.
“Sesuai faktor umur dan tenaga, sekarang kami rata-rata 60 tahun, profesi sekarang memang sangat sesuai,” cakap Ramli menambahkan.
Penuturan mereka lagi, selain menerima CSR Rp 200 juta, pada 2021 lalu, manajemen PT KPI RU2 Dumai telah tawarkan bantuan kepada Pok Palas Jaya, berupa bantuan untuk menguliahkan anak anggota Pok Palas Jaya.
“Sejak 2021, KPI RU2 Dumai juga telah kuliahkan anak perempuan Nazaruddin. Saat ini anak ketiga dari empat bersaudara itu telah tingkat 3 jurusan marketing di salah satu kampus di Sidoarjo Jawa Timur,” jelas Ramli, diaminkan Nazaruddin.
Terakhir, dengan kehidupan yang mereka jalani sekarang ini, Nazaruddin dan Ramli mewakili Pok Palas Jaya, kepada Jurnalis ucapkan terimakasih kepada manajemen KPI RU2 Dumai yang telah merubah kehidupan mereka.
“Terimakasih manajemen PT KPI RU2 Dumai. Terimakasih CSR nya,” pungkas mereka serentak sambil tersenyum, ketika hari beranjak senja.
(ES)